Friday, 16 March 2012
PERAWAT RS KARIADI HANYA MONDAR-MANDIR SAJA
Semarang.
Dua dari tiga korban bom di Ngesrep, Banyumanik, tiba di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Pusat Dr Kariadi Jalan Dr Soetomo Semarang, Kamis lalu (15/3) pada pukul 14.10 WIB. Keduanya adalah Dwi Prayitno umur 31 tahun, warga Sapta Marga, Kelurahan Jangli, Tembalang, dan Ngatemin umur 40 tahun, warga Jangli Sekip, Kelurahan Jangli Tembalang.
Hingga saat ini, tiem medis masih melakukan observasi pada dua korban. Apakah ada luka dalam akibat ledakan yang mereka alami. Untuk luka dalam, masih lakukan observasi. Nantinya juga bisa di CT Scan. Hal itu dijelaskan oleh juru bicara Dr Kariadi Semarang Dr Darwito.
Dalam pengamatan pertolongan para korban bom bahwa, Dwi masih membutuhkan darah karena kehilangan darah cukup banyak. Selain itu juga pada pukul 18.00 WIB Dwi dalam kondisi tidak sadarkan diri. Dan Dwi tergolek di UGD di hidungnya terpasang alat bantu oksigen. Dwi mengalami luka pada bagian muka dan dada terkena serpihan. Pergelangan tangan luka parah.
Sebelum dibawa ke RSUP Dr Kariadi, keduanya dirawat di RS St Elisabet bersama satu korban lainnya, Fajar Santoso umur 18 tahun, Karena lukanya tidak terlalu parah, Fajar diizinkan pulang.
Ayah korban Dwi Priyanto, Bambang Dwi Bagio umur 58 tahun mengaku kaget mendengar berita anaknya mengalami musibah ledakan bom. Menurut Bambang anaknya sesampai RS St Elisabet dimintai uang sebesar Rp 11 juta untuk amputasi tangan anak saya.
Bambang yang merasa hanya memiliki hanya sepeda motor, langsung memindahkan anaknya ke RS Kariadi Semarang. Sesampai di RS Kariadi sekitar pukul 13.00 WIB, Dwi tidak langsung ditangani oleh perawat dan dokter. Bambang juga mengeluhkan, dokter dan perawat hanya keluar masuk tidak mengambil keputusan pada Dwi.
Padahal tangan kiri Dwi telah remuk, dan mengeluarkan darah cukup banyak dan harus diamputasi. Bambang berharap anaknya dapat sembuh kembali. Namun Bambang masih terkendala keuangan untuk membiayai pengobatan. Harapan Bambang mendapatkan uluran bantuan dari pemerintah dalam membantu pengobatan Dwi yang harus mendapatkan perawatan intensif,
Secara terpisah , Kepala Humas RS St Elisabeth Probowatie Tjondronegoro mengatakan ketiga korban sempat dirawat RS St Elisabeth termasuk Fajar Santoso. Karena posisinya agak jauh , Fajar hanya terkena percikan logam sehingga lecet pada muka,tangan, dan kaki. Fajar menjalani rawat jalan. Ketiga korban bom tersebut pada pukul 12,00 WIB bersama rombongan polisi.
Perawatan di RS Elisabeth sebatas penanganan pertama. Sebab,polisi merujuk korban bom ke RSUP Dr Kariadi Semarang.
Sekitar pukul 14.30 sebanyak 30 personil Polda Jateng melakukan penjagaan di sekitar Instalasi Gawat Darurat ( IGD) RSUP Dr Kariadi. Petugas Bidang Kedokteran dan Kesehatan ( Biddokkes) Polda Jateng ikut memeriksa korban pada pukul 16.00 WIB.( Andu Nicolas & Yance).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment