Kekuasaan cenderung korup, menerjang apapun dan siapapun untuk
mendapatkan kekuasaan, kesejahteraan dan keterpihakan kepada rakyat hanya
merupakan jargon politik belaka, yang ada hanyalah keterpihakan pada
kepentingan-kepentingan dan para sekutu politik.
Dalam banyak hal politik sudah merupakan komoditas berharga mahal,
permainan insan-insan berjiwa dagang dan para borjuis politik. Negeri ini
seolah-olah dijadikan imperium bisnis raksasa, yang mana aset kekayaan alam
dirampok habis-habisan, rakyat menjadi sapi perahan. Hasil pendapatan negara
sebagian besar justru dikorupsi habis-habisan oleh sebagian besar para pemegang
kekuasaan.
Gemah ripah loh jinawi, memang sudah terwujud, tetapi dalam wujud yang
keliru, yang gemah ripah loh jinawi adalah para koruptor, dari koruptor teri
sampai koruptor kakap. Rakyat tetap aja sekali miskin tetap miskin. Rakyat
tidak berdayakan agar hidupnya makmur lahir dan batin, tetapi rakyat diperdaya
sehingga tetap sengsara dan sengsara.
Suara rakyat adalah suara Tuhan, keluhan rakyat adalah keluhan Tuhan.
Teguran rakyat adalah awal/malapetaka politik. Semua itu tidak berarti bagi
para koruptor. Dalam prinsip koruptor “muda foya-foya, tua kaya raya, mati
masuk surga” adalah keliru, yang benar adalah “muda kaya raya, karena hasil
korupsi, tua sakit-sakitan karena karma, mati masuk neraka, sebab
menyengsarakan jutaan manusia.
Kenapa tega memberi makan anak istri dengan uang haram hasil korupsi, dan
para keluarga koruptor kenapa juga tidak malu bermewah-mewah dengan hasil
didapat secara haram, kenapa masih bisa menegakkan dada berjalan dengan
kemewahan semu, mestinya lebih bermalu diri.
Pemberantasan korupsi mestinya bermula dari keluarga, tolaklah hasil dari
korupsi karena akan menimbulkan kutukan Tuhan. Jika para koruptor bersemboyan
nanti tua akan tobat, itu sudah sangat terlambat. Tuhan akan menutup pintu
tobat bagi para koruptor yang dengan sengaja merampok uang rakyat dan negara,
sehingga menyengsarakan jutaan manusia.
Adalah sangat langka di negeri tercinta ini sosok negarawan yang ada
lebih dibutuhkan sosok negarawan yang mempunyai jiwa mengabdi, dibandingkan
politikus yang sarat kepentingan dan sarat hitung hitungan politik untuk
keuntungan pribadi atau kelompoknya. Jadikan Indonesia gemah ripah loh jinawi
bagi semua rakyatnya, menjadi lebih bermartabat di mata dunia, wujudkanlah sila
ke lima Pancasila dari warisan agung pendiri negara ini. Berdirilah di atas
kaki sendiri, susunlah pondasi ekonomi kerakyatan yang kokoh. Aparatur hukum
yang memihak rakyat, pajak yang kembali ke rakyat dalam bentuk kesejahteraan,
aparatur pemerintahan yang bersih dan berwibawa, otonomi daerah yang tetap
menghargai hierarki struktur pemerintahan dan berjalan lugas, bersatunya
pengusaha dan buruh sebagai mitra sejajar yang saling menguntungkan,
menciptakan sinergi dan produktifitas tinggi. Tersenyumlah Indonesia, hari esok
menantimu. (Sugiarto)
No comments:
Post a Comment