Berita yang ditulis oleh salah satu harian mingguan lokal Semarang
berjudul “Soemarmo Pernah Digerebek dugaan Perselingkuhan dengan Stafnya” bahwa
Walikota Semarang H. Soemarmo terduga mempunyai kisah kasih atau perselingkuhan
dengan salah satu stafnya yaitu Dwi Arti Handayani atau Wiwik, yang beralamat
di Jalan Sendangguwo Baru IV Semarang.
“Dan ada dugaan bahwa jabatan yang diemban Wiwik sekarang adalah terduga
ada kaitannya dengan hubungan mesra” kata beberapa sumber di PNS Kota Semarang.
Menurut wartawan salah satu media mingguan tersebut, pemberitaan itu
sebenarnya sudah dikonfirmasi kepada yang bersangkutan menghadap langsung,
namun di satu sisi ada oknum yang mengaku Satpol PP Kota Semarang membuntuti
wartawan tersebut (H.3) saat menyebarkan dan menyetor koran ke agen-agen,
bahkan pada waktu yang sama kita wartawan tersebut sedang berada di SPBU
Kalibanteng dipepet oleh tiga orang tak dikenal dengan berpakaian preman dan
menggedor-gedor pintu mobilnya sambil mengucapkan kata-kata “mengancam mau
membunuh” dan dengan arogannya mengatakan bahwa saya suruhan Walikota dan
Kasatpol PP kota Semarang. “Keluarga wartawan tersebut juga sempat diteror
dengan mendatangi rumahnya dan dengan menggedor pintu rumahnya sehingga anak
dan istrinya ketakutan”. Sebutnya.
Dari kejadian di atas nomor seluler Walikota Semarang yang sudah
dihubungi berulang kali tidak aktif, begitu juga saat di SMS tidak ada balasan,
bahkan telepon rumahnya pun tidak ada yang mengangkat. Arogansi di atas
menimbulkan kemarahan dari semua wartawan yang tergabung di salah satu
perhimpunan wartawan Jawa Tengah yang terdiri lebih kurang sebanyak 24 wartawan
mingguan baik lokal maupun Jakarta, mendatangi Kantor Satpol PP Kota Semarang
guna meminta klarifikasi kebenaran dari pernyataan 3 (tiga) orang tersebut yang
mengancam salah wartawan di atas. Hal ini dibenarkan oleh Kasatpol PP Gurun.
Kasatpol PP Gurun didampingi oleh Amoy salah satu Kasie Satpol PP setelah
dikonfirmasi di hadapan belasan wartawan di salah satu rumah makan membenarkan
bahwa tiga orang tersebut adalah anak buahnya bagian intel, namun Kasatpol PP
tidak menyuruh untuk mengancam ataupun membuntuti, menggedor-gedor dan meneror
keluarga wartawan tersebut. “Mungkin adalah kesalahan manusiawi, mungkin di
lapangan panas-panas dan perut lapar, kepala pusing. Hal itu bisa terjadi,
sekali lagi saya tidak menyuruh, ini perlu digaris bawahi” tegas Gurun. (Tim
Investigasi BIN)
No comments:
Post a Comment