INDENPRES MEDIA ISTANA

Thursday 26 April 2012

UN BELUM SELESAI SUDAH DIMINTAI SUMBANGAN.

Semarang- jateng. Ujian Nasional ( UN ) belum usai, namun sejumlah satuan pendidikan sekolah sudah melakukan pungutan kepada anak didiknya. Dengan alasannya uang tersebut untuk perpisahan dan kenang-kenangan guru. Lebih ironisnya, besaran sumbangan tersebut sudah ditentukan pihak sekolah tanpa melibatkan orangtua murid. UN saja belum selesai sudah ditariki sumbangan. Seakan-akan sudah menjamin anak didiknya lulus. Hal itu diungkapkan oleh seorang orangtua murid dan tidak mau menyebutkan jati dirinya. Dalam surat edaran yang dibuat oleh Sekolahan SMP 11 isinya meminta sumbangan sebesar Rp 150 ribu, dalam surat tersebut juga ada surat pernyataan kesanggupan membayar.tidak ada rinciannya untuk apa, tapi hanya menyebutkan untuk perpisahan dan kenang-kenangan guru. Penarikan sumbangan perpisahan diduga dilakukan oleh SMP 11 yang berada di Jalan Karangrejo Semarang. Warga Kelurahan Jangli Semarang itu mengatakan, penarikan sumbangan melalui sepucuk surat yang dititipkan kepada muridnya. Surat tersebut dikirimkan jauh-jauh hari sebelum UN berlangsung. Pembayarannya tidak dilakukan serta merta. Orangtua murid diberi tenggang waktu tertentu. Menurut pria yang tidak mau menyebutkan jati dirinya mengatakan, sebelum UN sudah diinstruksikan untuk membayar Rp 50 ribu, sebagai uang muka. Sementara pelunasannya minggu ketiga bulan April atau sebelum UN. Dijelaskan pula oleh pria tersebut, pungutan sangat terlalu dini dan juga sangat menyayangkan dalam surat tersebut sudah ditetapkan nominal yang harus dibayar oleh orangtua murid. Tanpa melalui musyawarah atau persetujuan orangtua murid. Yang namanya sumbangan seharusnya sukarela tapi ini sudah ditetapkan dan bersifat wajib. Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang Bunyamin, saat dihubungi tidak ada ditempat, staf kantor Dinas Pendidikan Kota Semarang sedang keluar kantor. Terpisah, Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Semarang Anang Budi Utomo akan meminta klarifikasi pihak sekolah terkait masalah pungutan tersebut. Mestinya tidak boleh, misalnya mau menarik sumbangan, ya melalui rapat dan dilakukan setelah siswa lulus. Menanggapi masalah tersebut, Ketua DPC Gerindra Kota Semarang Suharyanto mengaku sangat prihatin. Suharyanto menilai pungutan ini terlalu dini. Pihak sekolah sengaja memanfaatkan psikologis siswa dalam pelaksanaan UN. Pihak sekolah akan memanfaatkan kegalauan orangtua murid. Dengan penyodoran sumbangan sebelum pengumuman membuat mereka berpikir kalau tidak membayar takut tidak diluluskan. Menurut Suharyanto, sumbangan lulusan sah-sah saja selama tidak bersifat memaksa. Lebih bijaksana jika sumbangan tersebut dilakukan setelah pengumuman. Dengan begitu orangtua murid menganggap sumbangan itu sebagai rasa syukur anaknya lulus. Suharyanto juga menyayangkan pihak sekolah sudah menetapkan nominalnya yang harus dibayarkan orangtua murid. Hal itu dinilai sepihak karena tidak melalui musyawarah dengan melibatkan orangtua murid. Yang namanya sumbangan sukarela, tidak ditentukan dan diwajibkan. ( Andu Nicolas ).

No comments:

Post a Comment