INDENPRES MEDIA ISTANA

Thursday, 12 April 2012

PEMERINTAH BELUM SERIUS MENANGANI PARA NELAYAN,

Semarang-Jateng Pada hari nelayan yang diperingati setiap tanggal 6 April semakin kehilangan maknanya, Nelayan masih didera kemiskinan, sedangkan pemerintah belum serius menggarap potensi bahari. Salah satu nelayan bernama Darsono warga dari Desa Citemu,Kecamatan Mundu, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat mengatakan Hari nelayan sering diperingati nasib nelayan tetap masih sama saja belum ada perubahan. Berdasarkan pemantauan para nelayan di Jawa Barat dan Jawa Tengah, nelayan mengaku belum merasakan perbaikan nasib. Sejumlah nelayan bahkan tidak mengetahui peringatan hari nelayan. Nelayan kecil mengaku, selama ini mereka hampir tidak tersentuh bantuan pemerintah untuk penguatan kapasitas tangkapan. Sementara itu, harga ikan tidak menentu dan mudah dipermainkan tengkulak. Pelaksanaan Tugas Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Brebes Jawa Tengah Rudy Hartono mengemukakan peringatan hari nelayan hampir tidak membawa makna. Nelayan nyaris dibiarkan bertarung sendiri menghadapi minimnya sarana dan prasarana. Tempat pelelangan ikan (TPI) yang dibangun pemerintah untuk mendorong stabilitas harga akhirnya mangkrak, di antaranya TPI di Desa Citemu, Kecamatan Mundu, serta TPI Tambak Lorok Baru di Kota Semarang Jawa Tengah. Akses permodalan yang lemah membuat nelayan bergantung kepada tengkulak. Dampaknya,ikan yang didaratkan dipasok kepada tengkulak dengan harga yang ditentukan dan mudah dipermainkan oleh tengkulak. Jaringan tengkulak menguasai hampir 90 persen dari jaringan pemasaran ikan. Diperlukan langkah nyata pemerintah untuk memperbaiki nasib nelayan. Sementara itu, sumber daya perikanan terus menurun sehingga memaksa nelayan untuk berlayar semakin jauh, sedangkan kapal yang digunakan nelayan umumnya merupakan kapal kecil dan tradisional yang tidak dilengkapi teknologi pencarian ikan dan alat komunikasi. Akibatnya, nelayan harus bertarung menghadapi cuaca ekstrem perairan. Kementerian Kelautan dan Perikanan menjajaki pemakaian elpiji sebagai pengganti bahan bakar solar nelayan. Sasaran pemanfaatan bahan bakar alternatif itu adalah nelayan kecil dengan kapal berbobot mati maksimum 5 ton. Saat ini, pihaknya sedang menyiapkan instalasi alat pengonversi mesin berbahan bakar solar menjadi elpiji. Pengajian sedang dilakukan untuk penggunaan elpiji 3 kg dan elpiji 12 kg pada kapal nelayan guna mengetahui jarak tempuh dan lama tempuh dengan bahan bakar tersebut Sementara itu Kepala Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (BBPPI) Bustami Mahyuddin mengatakan, penerapan bahan bakar elpiji untuk kapal nelayan ditargetkan mulai Mei 2012 mendatang. ( Andu Nicolas ).

No comments:

Post a Comment