INDENPRES MEDIA ISTANA

Wednesday 4 April 2012

HARGA CABAI TAK TERKENDALI.

Semarang-Jateng. Inflasi bulan Maret 2012 di Semarang mencapai 0,33 persen atau tertinggi di Jawa Tengah, sementara angka inflasi mencapai 0,22 persen. Dari inflasi 0,22 persen, cabai menyumbang inflasi tertinggi. Cabai merah sebesar 0,0628 persen dan cabai rawit 0,0554 persen. Posisi cabai diikuti oleh minyak goreng 0,0427 persen, buncis 0,0362 persen dan gulai 0,0192 persen. Inflasi terjadi terutama disebabkan kenaikam harga sejumlah komoditi akibat kepanikan masyarakat menghadapi bombardir isu rencana kenaikan BBM yang akhirnya urung. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah, Jam Jam Zamachsyari. Dijelaskan pula oleh Zamachsyari bahwa kenaikan harga cabai dilatari minimnya pasokan petani. Cabai memberikan kontribusi inflasi terbesar. Dari empat kota survei biaya hidup di Jawa Tengah, 2 kota mengalami inflasi dan 2 kota lainnya deflasi. Kota Semarang mengalami inflasi 0,33 persen, dan Surakarta 0,28 persen, Purwokerto mengalami deflasi sebesar 0,21 persen dan Tegal deflasi 0,18 persen. Kenaikan harga terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,71 persen; kelompok perumahan,air, listrik, gas dan bahan bakar 0,19 persen; kelompok sandang 0,11 persen; dan lainnya. Dengan inflasi 0,33 persen, Semarang menjadi ibu kota provinsi Jawa Tengah urutan kedua yang mengalami inflasi terbesar setelah Yogyakarta 0,36 persen. Salah satu kota yang justru mengalami deflasi sebesar 0,33 persen adalah Serang. Komoditas yang memicu deflasi atau harga turun adalah beras, telur ayam ras, daging ayam ras, kacang panjang,dan wortel. Harga beras cenderung stabil karena pada bulan Maret hingga April ini masih berlangsung masa panen raya. Sementara itu harga yang terlanjur naik untuk mengantisipasi harga baru BBM tak kunjung turun, meski harga BBM urung naik. Di Pasar Pagi Kota Tegal, terdapat delapan kebutuhan pokok yang naik harga sampai saat ini, di antaranya daging sapi, gula pasir, hingga minyak sayur. Sama seperti di kota lain, di Tegal harga beras dan telor stabil, karena pasokan beras masih cukup. Jika akhirnya harga tak turun, Pemkot akan koordinasi dengan Dolog mengadakan operasi pasar. Selain itu, tim pengendali inflasi daerah terus mengawasi kondisi pasar,sekaligus mencegah penimbunan dan gangguan distribusi. Walikota Tegal Jawa Tengah H Ikmal Jaya menjelaskan menilai harga tak turun karena didasari kekhawatiran. Masyarakat masih khawatir sewaktu-waktu harga BBM bisa naik. Bahkan selain ketakutan pedagang di pasar tradisional, masalah ini juga dipengaruhi oleh masih adanya kebutuhan masyarakat yang tinggi terhadap barang-barang pokok. ( Andu Nicolas.)

No comments:

Post a Comment