Densus 88, Antiteror telah menangkap 11 terduga teroris Solo, Madiun, Jakarta danBogor. Jaringan teroris Solo masih dominan. Mereka masih jadi bagian dari kelompok Solo yang berlatih militer di Afghamistan.
Kelompok ini merupakan pecahan baru tetapi tak jauh dari kelompok lama. Mereka Hasmi menyasar empat target serangan yakni Kedutaan Amerika Serikat (AS ) berikut Konsulat Jenderal AS Di Surabaya, Plasa 89 yang bersebelahan dengan Kedubes Australia di Jakarta. Kantor Freeport, serta Markas Komando Brimob Jawa Tengah yang berada di Semarang.
Dari 11 terduga teroris, Solo menyumbang tiga orang yakni Pujianto alias Ahmadun, Mustofa alias Abu Hanifah dan Harun Nur Rosyid. Menurut Humas Polri Irjen Pol Suhardi Alius, terduga teroris belakangan ini merupakan anggauta kelompok Harakah Sunni untuk masyarakat Indonesia atau Hasni yang dipimpin oleh Abu Hanifah . Abu dan kawan-kawan membangun markas bayangan di kawasan Mojosongo, Jebres, solo. hanya saja, mereka ditangkap tempat berbeda.
Penangkapan kelompok tersebut diawali dengan penangkapan Agus Anton alias Thoriq, dan Warso alias Kurniawan di Puri Amarta Residence B 3 di Kota Madiun pada hari Jum'at lalu ( 26//10 ) pukul 20.00 WIB. Setelah penangkapan tiga terduga di Solo, tiga orang di bogor adalah Emir atau Emirat, Zainuddin, dan Usman, dan terakhir di Jakarta adalah Azhar, Herman dan Narto.
Masih di Mojosongo, terduga teroris bernama Harum membuka kios servie komporgas di Jalan sumpah Pemuda, Kampung Tegalarum, Mojosongo. Di sini tim Labfor juga menemukan sejumlah botol berisi cairan, bubuk, pipa paralon, dan sejumlah buku.
Pada hari Minggu lalu ( 26/10 ). Tim Laboratarium Forensik Mabes Polri melakukan olah tempat kejadian perkara ( TKP ) rumah kontrakan yang tinggali Ahmad di Jalan Lawu Timur IV, Marengan. di sana ditemukan jerigen isi 30 liter warna biru dan sebuah kardus warna cokelat. Barang-barang tersebut dimasukkan ke dalam mobil Labfor. Rumah Ahmad berjarak sekitar 30 meter dari rumah Mustofa.
Menurut warga, Ahmad mengontrak rumah milik Giyono setahun belakangan ini. Ahmad memiliki dua anak dan isterinya saat ini hamil tua. Dan bekerja sehari-hari menerima cucian pakaian. Warga tak kenal lebih jauh keluarga Ahmad termasuk isterinya.
Direktur Eksekutif Yayasan Prasasti Perdamaian, Noer Huda Ismail mengatakan,ada beberapa faktor yang menjadikan Solo sebagai salah satu ladang subur bagi pertumbuhan jaringan teroris di Indonesia. Menurut Huda Solo mempunyai hubungan sejarah yang erat dengan kelompok garis keras beserta pimpinannya.
Selain itu, pada tahun 1980 sekitar 350 orang dari Solo dikirim untuk berjihad ke Afghanistan. Kelompok tersebut mendapatkan pendidikan militer selama beberapa tahun di Afghanistan. Kelompok itu baru kembali ke Solo ekitar tahun 2000 dan sebagian bermetamorfosis menjadi jaringan teroris.
Huda menambahkan, di Solo tidak terdapat organisasi keagamaan besar yang berpengaruh seperti Nahdlatul Ulama ( NU ) dan Muhammadiyah. Padahal, keberadaan organisasi mainstream seperti NU dan Muhammadiyah itu dapat membendung perkembangan kelompok radikal di Solo.
Sebagai upaya untuk membendung perkembangan kelompok radikal di Solo. Huda mengatakan perlunya peran sejumlah elemen masyarakat. Organisasi Islam seperti NU dan Muhammadiyah seharusnya memberikan counter terhadap ajaran-ajaran kelompok garis keras. Juga perlu campur tangan Kementerian Kepemudaan dan Olahraga untuk memberdayakan pemuda,
Sementara Ketua Dewan Pimpinan Pusat Hasmi, M Sarbini, membantah tudingan dari Mabes Polri, Sarbini akan mendatangi Mabes Polri untuk klarifikasi terkait tudingan bahwa 11 terduga teroris yang ditangkap pekan lalu merupakan anggauta Hasmi. DPP Hasmi memiliki kantor di Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Menurut Sarbini, Hasmi berkonsentrasi pada dakwah umum dan pendidikan resmi. Dalam kegiatan dan syaiarnya senantiasa mengajak untuk berdakwah dengan cara damai dan anti - kekerasan.
Sementara itu menurut pengamat terorisme, Al Chaidar, Hasmi merupakan bagian dari kelompok lama dengan sandaran Laskar Hisbah yang mencita-citakan pembentukan negara hukum atau nomokrasi yang antidemokrasi.
Menurut Al Chaidar ini tentu sesuai dengan syariat Islam. Nomokrasi itu cenderung melihat pelanggaran ataupun penyimpangan dari sudut hukum dan kemudian melakukan eksekusi berdasarkan keputusan sepihak.
Laskar Hisbah ini dipimpin oleh Abu Hanifah yang bekerja bersama Badri Hartono alias Toni. Badri merupakan anak buah dari Bagus Budi Pranoto alias Urwah yang merupakan pengikut Noordin Muhamamadi Top.
Dari mana saja, Hasmi sudah dekat dengan kelompok Laskar Hisbah. Meski dibuat menjadi kelompok baru, tapi kelompok ini tidak ada hubungan dengan kelompok Jemaah Anshorut Tauhid ( JAT ) yang didirikan oleh Abu Bakar Ba"asyir. ( Andu ).
No comments:
Post a Comment