INDENPRES MEDIA ISTANA

Friday 7 August 2015

Musim Kemarau Sudah Lima Waduk Mengering.

Semarang, Musim kemarau yang berlangsung sejak lebih dari sebulan lalu telah menyebabkan lima waduk di Jawa Tengah menjadi kering. Lima waduk itu adalah waduk-waduk kecil yang dalam kondisi normal hanya memiliki daya tampung air maksimal sebanyak 10 ribu kubik. Hal itu dikatakan oleh Kepala Dinas pengelolaan Sumber Daya Air ( PSDA ) Jawa Tengah Prasetyo Budie Yuwono. Menurut Prasetyo, jika hujan masih tidak kunjung turun hingga akhir Agustus 2015, akan ada 15 waduk yang turut mengering. Tapi ada delapan waduk lain yang tak mengering, meski debit air berkurang drastis. Volume airnya tentu akan turun drastis dibandingkan dengan kondisi normal, tapi tidak akan sampai mengering. Prasetyo juga mengatakan bahwa, mengakui adanya lima waduk yang mengering akibat kemarau. Kelima waduk adalah Waduk Brambang, Waduk Botok, dan Waduk Gembong yang semuanya berada di Kabupaten Sragen. Ada pula Waduk Gunungrowo yang ada di Kabupaten Pati dan Waduk Sanggeh yang ada di Kabupaten Grobogan Purwadadi. Kedelapan waduk yang tidak akan mengering bila sampai bulan Agustus 2015 tidak sampai turun hujan tersebut antara lain Waduk Malahayu di Kabupaten Brebes, Cacaban di Kabupaten Tegal, Gajahmungkur di kabupaten Wanogiri, Kedungombo di Grobogan Purwadadi, Waduk Soedirman ( Mrican ) di Banjarnegara, Waduk Penjalin di Bumiayu, serta Wasuk Wadaslintang dan Sempor di Kabupaten Kebumen. Menurut Prasetyo, pembukaan kembali pintu-pintu air waduk tersebut akan dilakukan kembali pada bulan Oktober 2915. Pembukaan pintu air itu saat petani sudah akan memulai musim tanam yang memang diperkirakan akan mulai pada bulan Oktober 2015. Tentu dengan catatan, hujan akan mulai turun lagi pada September 2015. Bila bulan itu masih belum turun hujan, berarti pintu air waduk belum dibuka. Namun berkurangnya debit air delapan waduk itu menyebabkan beberapa pembangkit listrik tenaga air yang dioperasikan di beberapa waduk juga akan berhenti produksi listrik. Antara lain seperti pembangkit mikrohidro yang ada di Sempor,Tulis, dan berbagai waduk lain. Hanya PLTA di Waduk Soedirman yang kemungkinan masih akan beroperasi. Itu pun tidak dalam kapasitas penuh. Sebelumnya, Gubenur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menyatakan bahwa bencana kekeringan yang melanda di sebagian besar wilayahnya kini sudah mencapai tahap darurat. Dan Gubenur mempersilahkan pemerintah daerah yang dilanda kekeringan itu memanfaatkan anggaran untuk kedaruratan mengatasi kekeringan di wilayah masing-masing. Maka semua bisa menggunakan anggara-anggaran respons cepat. Gubenur juga mengatakan itu berdasarkan hasil kajian yang dilakukan Pemprov Jateng, sebanyak sepuluh persen dari 7.804 desa kini mengalami kekeringan dan warga kesulitan air bersih. Dea-desa itu tersebar di 16 kabupaten/kota, di antaranya, Kabupaten Rembang, Blora, Grobogan, Pati, Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Boyolali, Banyumas, Cilacap, Tegal, Pemalang, Purworejo, Jepara, Demak, dan Kebumen. Untuk program jangka panjangm Pemprov Jateng secara bertahap membangun seribu embung di sejumlah daerah darurat air. Sebanyak 500 embung akan didanai oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ( PUPR ). Sementara itu Kepala Pelaksanaan Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD ) Jateng, Sarwa Pramana menerangkan, bahwa baru lima daerah yang mengajukan bantuan dana tak terduga kepada Pemprov Jateng. kelimanya adalah, Temanggung, Kendal, Cilacap, Wonogiri, dan Boyolali. Lima daerah itu telah menyatakan siaga darurat kekeringan dan mengajukan anggaran sebesar Rp 8,6 miliar. Dana tak terduga tersebut berfungsi dalam dua program yakni jangka pendek berupa dropping air di daerah yang mengalami kesulitan air bersih. Sedangkan jangka panjang berbentuk pipanisasi mata air di pegunungan dan pembuatan sumur pantek yang disalurkan ke rumah warga. Menurut Sarwa, keputusan Gubenur menjadi salah satu syarat pencairan dana tak terduga tersebut, sebab lebih dari dua daerah yang berstatus darurat.****

No comments:

Post a Comment