Monday, 24 August 2015
Gubenur Jawa Tengah Minta Urut Sewu Berstatus Quo.
Semarang, Insiden bentrok petani Urut Sewu, Kebumen dengan TNI AD membuat jadwal Gubenur Jateng Ganjar Pranowo mengisi acara kuliah umum di Universitas Jenderal Soedirman tertunda beberapa saat. Ketika hendak masuk ke Auditorium Graha Widyatama, pada hari Minggu (23/8), Ganjar Pranowo dicegat puluhan mahasiswa dan masyarakat yang berdemo sebagai aksi solidaritas kasus Urut Sewu.
Di hadapan Ganjar, koordinator aksi Ahmad Taqiyudin membacakan tuntutannya. Aksi solidaritas menuntut Pemprov Jateng menghentikan pemagaran tanah di Urut Sewu dan mengembalikannya pada petani. Pendemo juga meminta agar personel TNI ditarik dari lokasi tersebut serta mengusut tuntas segala bentuk kekerasan di sana. Dan terakhir minta dilaksanakan land reform di Jawa Tengah.
Lebih jauh Ganjar mengatakan, pihaknya telah mengomunikasikan bentrok warga dengan TNI Kebumen dengan Pangdam IV/ Diponegoro. Ganjar mengaku berjanji akan ikut mengawal polemik lahan tersebut hingga tuntas. Menurut Ganjar sebenarnya tidak perlu ada bentrokan. Semua pihak harus menjaga diri, termasuk TNI dan warga. Ganjar sepakat bertemu dengan Pangdam IV/Diponegoro dan pihak terkait untuk menyelesaikan permasalahan Urut Sewu.
Kepada peserta aksi Ganjar menyatakan bahwa dirinya sudah berkoordinasi dengan pejabat bupati Kebumen beberapa saat setelah bentrokan di Urut Sewu terjadi (27/8) lalu. Begitu tahu ada kejadian langsung nelpon bupati segera turun karena masih di Purwokerto.
Kepada para pendemo, Ganjar meminta agar mereka tidak sekadar melakukan aksi turun ke jalan membela warga Urut Sewu. Mereka diminta untuk mengumpulkan data yang detail terkait kejelasan status lahan yang sudah berkonflik sejak pada tahun 1982 silam tersebut.
Emosi Ganjar sempat terpancing ketika omongannya dipotong oleh Taqiyudin. Karena massa aksi belum puas, Gubenur Ganjar meminta mereka untuk menunggunya usai kuliah umum. Jam satu dan juga menunggu datanya dan kemudian masuk di Auditorium.
Setelah satu setengah jam mengisi perbekalan mahasiswa, Ganjar kembali menemui pendemo Urut Sewu. Dan Ganjar langsung menanyakan kepada pendemo.
Namun mahasiswa tidak membawa data yang dimaksud. Ahmad Taqiyudin justru menyodorkan selembar surat pernyataan yang isinya mengutuk tindakan represif TNI pada petani Urut Sewu.
Surat itu diminta Ganjar namun tidak mau tanda tangan. Gubenur bersikukuh menagih janji mahasiswa untuk membawa data lahan- lahan milik warga yang bersengketa dengan TNI di Urut Sewu. Yang diminta data tersebut bisa selesaikan secara substansial. Tidak hanya kasus kekerasannya saja.
Perdebatan pun berlangsung antara Ganjar dan Mahasiswa. Karena tak kunjung tercapai kesepakatan, Ganjar pun mengakhiri pertemuan yang berangsur memanas tersebut. Ketika Ganjar berbalik, petugas kepolisian langsung membuat pagar. Mahasiswa mencoba merengsek namun terhalang barikade polisi. Terjadi dorong-dorongan pun terjadi antara mahasiswa dan polisi. Untungnya pimpinan kedua pihak berhasil menenangkan anggautanya masing-masing. Kerusuhan pun urung terjadi.
Ganjar mengatakan agar warga dan TNI yang terlibat persoalan lahan di Urut Sewu, bertemu. Kedua belah pihak membekali diri dengan data masing-masing kemudian divertifikasi bersama-sama.
Ganjar juga mengatakan, pemerintah pusat menentukan peruntukan tanah tersebut. Kalau TNI ya lakukan redistribusi tanah. Kalau untuk rakyat, maka TNI dicarikan tempat lain.
Jika data dua pihak tersebut sama-sama kuat. maka proses politik harus ditempuh. Pada tahap ini, pemerintah pusat mengambil peranan. Saat, Ganjar sudah memerintahkan Pj Bupati Kebumen, Arief Irwanto. Buktiku mana, buktimu mana, verifikasi. Kalau sama-sama kuat ya proses politik, peruntukan tanah.
Selama proses tersebut, Ganjar meminta pemerintah menyatakan status quo di Urut Sewu. Dengan demikian tidak ada aksi dari kedua pihak sehingga pencarian solusi bisa dilaksanakan dalam damai.****
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment