INDENPRES MEDIA ISTANA

Wednesday 12 August 2015

Kapankah Harga Daging Bisa Turun.

Pengusaha Rumah Potong Hewan ( RPH ) yang tergabung Asosiasi Pengusaha Pemotongan Hewan Indonesia (APPHI) melakukan mogok selama empat hari, sejak Sabtu lalu (8/8) hingga hari Selasa (11/8). Aksi tutup toko dan RPH itu menyusul melambungnya harga daging sapi hingga Rp 120 ribu per kg. Dampaknya, komsumen pun menahan diri makan daging sapi yang kemudian berdampak pada penurunan omset. Biasaanya harga daging sapi di Jabodetabek berkisar Rp 90 ribu sampai Rp 100 ribu per kiloram. Menipisnya stok sapi nasional itu, ditengarai karena program swasembada sapi belum berlangsung baik, padahal sudah terlanjur mengurangi kuota impor. Pada kuarta ketiga pada bulan Juli-September 2015, Indonesia hanya mengimpor sekitar 50 ribu ekor. Kuata tersebut lebih rendah dari kuarta pertama sebesar sekitar 100 ribu ekor dan kuartal kedua sekitar 250 ribu ekor. Melihat reaksi pasar di Bandung,tampaknya upaya Bulog itu tidak akan banyak berdampak terhadap penurunan harga daging di pasaran.Sebab, menurut koordinator APPHI Wilayah Tangerang, lonjakan harga ini karena pasokan memang benar-benar tidak tersedia. Mengantisipasi aksi tutup RPH dan tutup kios daging, Badan Urusan Logistik ( Bulog ) pun menggelar operasi pasar dengan membanderol harga Rp 90 ribu per kilogram. Operasi Pasar sudah digelar di Bandung, dan direncanakan di Jabodetabek. Fakta itu membuka mata pemerintah, yang kemudian menaikkan kuota impor sapi pada kuartal empat pada bulan Oktober sampai Desember dari 136 ribu ekor menjadi 264 ribu ekor. Artinya, harga daging sapi di dalam negeri dimu ngkinkan masih akan tetap tinggi hingga dua bulan mendatang. Saat pasokan sapi dari luar negeri kemungkinan besar dari Australia sudah masuk ke dalam negeri dan kemudian RPH-RPH akan kembali memotong sapi dalam jumlah yang normal. Karena itulah, bila benar kenaikan harga kali ini murni karena pasokan, maka bisa diprediksi; Ketersedian daging sapi baru akan normal di kuartal keempat atau paling cepat pada bulan Oktober. Bila benar 264 ekor sapi yang didatangkan dari Australia sudah berharga lebih mahal dari harga saat ini maka bisa dipastikan harga daging sapi di dalam negeri akan ikut tinggi. Itu pun masih ada syaratnya. Yakni bila Australia bila memang tambahan kuota itu harus diambil dari Australia tidak menaikkan harga sapi. Sebab, kabar dari negeri Kangguru, akibat permintaan tambahan dari Indonesia " yang mendadak", Australia kekurangan stok dan kemudian memicu harga ternak naik. Wal hasil, sambil menunggu program swasembada sapi sukses, harus bersiap untuk membeli daging sapi dengan harga yang lebih tinggi dari biasanya.*****

No comments:

Post a Comment