Jakarta, ( INDENPERS-MEDIA )------Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyebut konflik yang terjadi di Laut China Selatan tidak akan menguntungkan kedua belah pihak, baik Amerika Serikat (AS) maupun China.
Ia menyampaikan pernyataan ini saat ketegangan AS dan China terus meningkat di kawasan yang menjadi rebutan banyak negara tersebut selama beberapa bulan terakhir.
"Terkait perkembangan di Laut China Selatan saya menekankan kembali bahwa Indonesia ingin terus menjaga agar Laut China Selatan sebagai laut yang stabil dan damai," kata Retno baru-baru ini.
Menurutnya, Indonesia selalu menekankan pentingnya semua pihak menghormati hukum internasional hukum yang telah menjadi kesepakatan internasional) termasuk UNCLOS 1982. UNCLOS atau United Nations Convention on The Law of the Sea adalah hasil dari konferensi PBB mengenai hukum laut yang berlangsung sejak 1973 sampai 1982.
"Secara khusus saya tegaskan bahwa konflik terbuka dimanapun termasuk di laut China Selatan tidak akan menguntungkan pihak mana pun."
Kabar meningkatnya ketegangan AS-China di Laut China Selatan memang tengah menjadi topik hangat sejak wabah virus corona (Covid-19) menyebar ke berbagai penjuru dunia pada awal tahun. Hal itu dikarenakan pada saat itu, kehadiran China dan AS juga semakin meningkat di kawasan Laut China Selatan.
Sebagaimana diketahui, sejak Covid-19 mewabah, China menjadi lebih sering melakukan latihan militer di perairan yang sekitar 90% diklaim olehnya tersebut. Tidak tanggung-tanggung, China juga dikabarkan terus melakukan pembangunan di pulau-pulau reklamasi di kawasan tersebut.
Kegiatan-kegiatan itu dilakukan meski banyak negara memprotes langkah itu. Salah satu negara yang melayangkan protesnya adalah Amerika Serikat (AS). Negara yang dipimpin Presiden Donald Trump itu telah dengan tegas menyebut klaim China sebagai ilegal dan menyalahi hukum internasional.
Atas dasar itu, AS juga meningkatkan patrolinya di kawasan dan bahkan kapal-kapal militernya sering berlayar sangat dekat dengan pulau-pulau yang didiami Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China. AS menyebut kegiatannya itu dilakukan atas dasar untuk mengamankan dan menjaga stabilitas kawasan
Sayangnya langkah AS itu telah membuat China marah dan berpotensi memicu lahirnya perang senjata, sebagaimana disampaikan beberapa pakar beberapa waktu lalu.
Sampai saat ini hubungan kedua negara di kawasan masih menegang. China bahkan terus saja melakukan latihan militer di Laut China Selatan. Sebagaimana terlihat dalam video yang dirilis media pemerintah China pada Selasa lalu, sejumlah pesawat tempur China baru-baru ini telah melakukan patroli jarak jauh di atas Laut China Selatan.
"Video itu memperlihatkan kru berlari ke pesawat Su-30MKK Flanker di pangkalan udara di China Selatan," lapor media Australia 9News mengutip The Drive.
"Setelah lepas landas, pesawat-pesawat itu bertemu dengan sebuah tanker udara untuk mengisi bahan bakar sebelum melewati Kepulauan Spratly di jalur air yang disengketakan. Beberapa pesawat perang sarat dengan rudal udara-ke-udara (air-to-air) untuk menjalankan misi selama 10 jam. ( RZ/WK )****
No comments:
Post a Comment