INDENPRES MEDIA ISTANA

Friday, 21 August 2020

Mengenang N250 Gatotkaca & Kesedihan Sang Maestro BJ Habibie.

Jakarta, ( INDENPERS-MEDIA)----Nama N250 Gatotkaca tentunya sudah tak asing lagi di telinga kita. Itu adalah nama pesawat buatan salah satu putra terbaik bangsa Bacharuddin Jusuf Habibie (B.J Habibie) 25 tahun silam. 

Setelah lama tak terdengar kabarnya, pesawat kebanggaan RI itupun harus pensiun dan disimpan sebagai koleksi di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla) Lanud Adisutjipto, Yogyakarta.

Lebih menyedihkannya lagi, pesawat itu tak akan mengepakkan sayapnya menuju peristiarahatan terakhirnya. Pesawat pertama asli buatan Indonesia itu harus diangkut melalui jalur darat yang panjang dari Depohar 10 Lanud Husein Sastranegara Bandung, menuju Muspusdirla Lanud Adisutjipto, Yogyakarta.

Sebelum menjadi orang nomor satu ketiga di negeri ini, eyang Habibie, begitu sapaan akrabnya, menempuh pendidikan keinsinyuran di Jerman. Sepulangnya ke Tanah Air, eyang Habibie ditunjuk oleh Presiden Soeharto untuk mengembangkan industri penerbangan di dalam negeri. 

Mengutip sebuah postingan yang dimuat di situs resmi Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) empat tahun silam, eyang Habibie menceritakan kisahnya dalam membuat masterpiece pesawat turboprop pertama di dunia bernama N250 Gatotkaca itu. 

"Saat Eyang mengemban pendidikan di Jerman, banyak ilmu yang diperoleh di sana. Setelah lulus studi, Eyang disuruh pulang oleh beberapa rekan dan orang tua. Kalau bukan kita yang bangun bangsa ini, siapa lagi," kata BJ Habibie di Museum Nasional, Jalan Merdeka Barat No 12, Jakarta Pusat, belum lama ini.

"Kemudian mulai pelan-pelan dikembangkan, diintegrasikan, digabungkan, yang belum ada diciptakan. Berkat kerja keras, kami berhasil sebuah pesawat pertama kali yaitu N-250," ungkapnya terharu.

Pesawat N250 Gatotkaca itu adalah yang tercanggih di masanya. Melansir situs resmi aviasi penerbangan global (FlightGlobal), pesawat dengan kapasitas penumpang 50 orang tersebut menggunakan teknologi fly-by-wire (FBW) flight-control system. 

Kapal terbang buatan Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang kini menjadi PT Dirgantara Indonesia itu merupakan pesawat pengganti CASA 212 dan penerus pendahulunya yaitu CN235.

Setelah lama dirancang, pesawat tersebut mengudara pertama kali pada 10 Agustus 1995, atau bertepatan dengan ulang tahun emas Kemerdekaan RI. Dengan kecepatan maksimal 610 km/jam, N250 Gatotkaca memiliki ketinggian jelajah 25.000 kaki (7.629 meter) serta daya jelajah 1.480 km.

Dua puluh lima tahun berselang, kini N250 Gatotkaca saatnya pensiun kurang dari setahun sepeninggal sang Maestronya pada 11 September silam. Kendati lama tak mengudara, eyang Habibie bahkan masih sangat semangat ketika menceritakan pesawat buatannya itu sebelum wafat.

Hal tersebut diungkapkan langsung oleh keponakannya yaitu Rusli Habibie, setelah kabar wafatnya sang Maestro diberitakan. Rusli mengatakan di usianya yang sudah senja dan menginjak 83 tahun, almarhum eyang Habibie sempat bercerita tentang N250 selama dua jam. ( RZ/WK )***

No comments:

Post a Comment