INDENPRES MEDIA ISTANA

Wednesday 1 July 2020

Presiden Jokowi: Mengisolasi Kampung Lebih Efektif Daripada Karantina Kota.

Semarang. ( Inden Media )-------Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa strategi intervensi berbasis lokal paling efektif dalam mengendalikan penyebaran Covid-19.
Hal itu disampaikan Presiden saat meninjau Posko Penanganan dan Penanggulangan Covid-19 di Jawa Tengah (Jateng), baru-baru ini.
"Mengkarantina, mengisolasi RT, mengisolasi RW mengisolasi kampung atau desa itu lebih efektif daripada kita mengkarantina kota atau kabupaten. Ini lebih efektif," kata Presiden.

Oleh karena itu, Presiden berharap semua daerah menggunakan strategi tersebut dalam menanggulangi Covid-19 sehingga tingkat penyebaran virus dapat menurun.
"Jadi strategi ini agar kita pakai bersama-sama, sehingga kita harapkan terjadi penurunan (reproduksi virus) RT maupun R0," katanya.

Presiden berharap pada Juli mendatang semua elemen, pemerintah pusat, pemerintah daerah, Gugus Tugas bekerja keras dalam menanggulangi Covid-19.
Sehingga penyebaran virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China tersebut menurun di semua daerah termasuk di Jateng.
"Dan Insya Allah ekonomi kita bisa merangkak kepada  sebuah pertumbuhan yang normal kembali," pungkasnya.
New Normal
Presiden Jokowi juga mengingatkan kepala daerah dan gugus tugas daerah agar dalam membuka tatanan baru atau adaptasi kebiasaan baru, harus berdasarkan data ilmiah dan saran para pakar.
Hal itu disampaikan Presiden saat mengunjungi Posko Penanganan dan Penanggulangan Covid-19 Jawa Tengah (Jateng) di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Jateng.

"Saya titip jangan sampai membuka pada tatanan baru new normal tetapi tidak melalui tahapan-tahapan yang benar. Setiap kita membuat kebijakan setiap kita membuat policy betul-betul tolong yang namanya data science itu dipakai," ujar Presiden.
Presiden juga mengingatkan agar dalam membuka tatanan baru atau new normal jangan dipaksakan.
Apabila belum layak dan memungkinkan secara ilmiah dan saran pakar, maka new normal jangan diterapkan.
"Jangan sampai kita berani membuka masuk ke new normal tetapi keadaan datanya masih belum memungkinkan, jangan dipaksa sehingga tahapan-tahapan, harus betul-betul disiapkan," katanya.
Tahapan tersebut diantaranya yakni adanya fase prakondisi, mulai dari sosialisasi hingga simulasi.
Setelah prakondisi maka selanjutnya yakni penentuan atau timing new normal.
"Timingnya harus tepat. jangan sampai Rt nya masih tinggi diatas 1, R0  masih tinggi kita sudah berani buka, hati-hati jangan membuat kebijakan tanpa sebuah data science yang jelas," katanya.
(RZ/WK )***

No comments:

Post a Comment