"Ada 32 perusahaan mengajukan, 2 mengurangi produksi dan 30 menaikkan produksi," ungkapnya dalam diskusi virtual, baru-baru ini.
Irwandy mengatakan baru dapat data ini seminggu yang lalu dan belum final. Belum ada surat resminya sehingga belum tahu persis nama-nama perusahaannya.
Pertimbangan Kementerian ESDM dalam mengabulkan peningkatan dan penurunan produksi adalah jangan sampai membuat harga batu bara semakin anjlok. Bagaimana agar supply dan demand tetap terjaga. "Bagian naik dan turun tidak ganggu harga," jelasnya.
Ia mengatakan produksi batu bara pada tahun 2019 sebesar 616 juta ton, sementara tahun ini pemerintah menetapkan 550 juta ton. "Nah sekarang banyak berita supaya diturunkan produksi biar harga naik," paparnya.
Menurutnya untuk saat ini batu bara dengan kalori 5.000 an Kkal/Kg dari bulan Februari sampai dengan sekarang harganya turun menjadi US$ 17 per ton. Lalu kalori 4.000 an Kkal/Kg turun di US$ 12 per ton sejak Februari sampai dengan sekarang.
"Harapannya untuk batu bara naik di akhir Juli ini," tuturnya.
Realisasi produksi batu bara sampai dengan Mei 2020 sebanyak 230 juta ton turun 10% dibanding capaian produksi pada tahun 2019 sebesar 250,3 juta ton disebabkan pandemi corona, atau baru 42% dari target.
Lalu target domestic market obligation (DMO) tahun ini sebesar 155 juta ton, sementara realisasi sampai dengan Mei 2020 sebesar 55,34 juta ton atau baru 35,7% dari target.
"DMO kalau berlanjut terus terjadi pengurangan pemakaian listrik di Indonesia maka kemungkinan harus dikoreksi. Kalau kita lihat masih 55 juta ton sedangkan sampai akhir tahun 155 juta ton."
( RZ/WK )***
No comments:
Post a Comment