Foto: Jokowi meninjau tambak garam eks tanah Hak Guna Usaha (HGU) di Desa Nunkurus, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang.
Jakarta, (INDENPERS-MEDIA)----Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta perubahan fundamental dalam industri garam rakyat tanah air. Permintaan itu terungkap dalam rapat terbatas dengan topik pembahasan percepatan penyerapan garam rakyat melalui video conference di Istana Merdeka, kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (6/10/2020).
Di depan jajaran menteri, Jokowi mengungkap dua masalah utama yang dihadapi dalam hal serapan garam rakyat. Pertama, dari sisi rendahnya kualitas garam rakyat sehingga tidak memenuhi standar kebutuhan industri.
"Ini harus dicarikan jalan keluarnya. Kita tahu masalah tapi tidak pernah dicarikan jalan keluarnya," katanya, Selasa (6/10/2020).
Data yang disampaikan Jokowi per 22 September 2020, masih ada sekitar 738.000 ton garam rakyat yang tidak terserap industri dalam negeri. Hal tersebut, menjadi kekhawatiran kepala negara.
"Ini agar dipikirkan solusinya, sehingga rakyat garamnya bisa terbeli dan yang kedua masih rendahnya produksi garam nasional kita sehingga cari yang paling gampang yaitu impor garam. Dari dulu gitu terus dan tidak pernah ada penyelesaian," ujar Jokowi.
Eks Gubernur DKI Jakarta itu kemudian mencontohkan saat ini kebutuhan garam nasional mencapai 4 juta ton per tahun. Sementara itu, produksi garam nasional saat ini baru mencapai 2 juta ton per tahun.
"Akibatnya alokasi garam untuk kebutuhan industri masih banyak yaitu 2,9 juta ton. Saya kira langkah-langkah perbaikan harus kita kerjakan, mulai dari pembenahan besar-besaran supply chain dari hulu sampai hilir," kata Jokowi.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang tak memungkiri, garam yang diimpor adalah untuk kebutuhan industri. Dalam satu tahun, tercatat setidaknya Indonesia mengimpor garam dengan nilai US$ 108 juta atau sekitar Rp 1,5 triliun.
"Nilai impor garam pada 2019, jumlahnya US$ 108 juta untuk kebutuhan industri. Namun demikian yang ingin kami sampaikan, nilai impor garam ini memiliki nilai tambah yang luar biasa bagi industri itu sendiri karena dengan mengimpor US$ 108 juta," kata Agus.
"Industri sendiri pengguna garam ini telah berhasil catat nilai ekspor produk mereka US$ 37,7 miliar. Jadi bisa kita bayangkan betapa nilai tambah yang diberikan oleh hilirisasi dari penyerapan garam," lanjutnya. ( RZ/WK )****
No comments:
Post a Comment