Jakarta, ( INDENPERS-MEDIA )----Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan salah satu strategi pembiayaan APBN yang akan dilakukan tahun depan ialah melalui penerbitan SBN (surat berharga negara) ritel.
Bendahara negara ini menyebut, generasi milenial sudah familiar dengan instrumen SBN ritel seperti Obligasi Ritel Indonesia (ORI) dan Savings Bond Ritel (SBR), sehingga penerbitan instrumen ini ke depan akan ditingkatkan.
Terlebih lagi, di kala pandemi, hampir semua negara akan membutuhkan pendanaan, sehingga ada risiko tekanan likuiditas yang besar. Karena itu, mengandalkan basis investor domestik menjadi kuncinya.
"Penerbitan SBN ritel, segmen market dan kelompok milenial dan kelompok profesional itu kita lakukan peningkatan," ujar Sri Mulyani, dalam paparannya di acara webinar Capital Market Summit and Expo, belum lama ini.
"Millenial kita invest Rp 500 ribu - Rp 1 juta getting familiar dengan instrumen kita dan akan terus melakukan pendalaman itu dari basis investor kita," katanya.
Di sisi lain, pemerintah juga tetap mencari sumber-sumber alternatif pembiayaan lain yang memungkinkan seperti melalui penerbitan green sukuk, samurai bond, atau instrumen lainnya.
"Dari sisi pembiyaan kita, kita tetap mendapatkan akses dari market yang reasonable dan pengelolaan APBN-nya ke stakeholder dalam negeri dan dunia, supaya tahu yang kita lakukan masih dalam koridor dan penanganan PEN [pemulihan ekonomi nasional] untuk perbaikan perekonomian kita," ungkapnya.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso menyebut investor ritel saat ini menguasai transaksi di pasar saham.
Investor ritel mampu menguasai 73% dari retata nilai transaksi harian di Bursa Efek Indonesia (BEI).
OJK, lanjut Wimboh juga terus berupaya melakukan pendalaman pasar keuangan dengan memperluas basis investor domestik.
"Berkaitan dengan market deepening, basis baik issuer atau emiten atau investor harus diperbesar," kata Wimboh.
Salah satu yang ditekankan adalah mengenai menerapkan digitalisasi dari segala proses di pasar modal, terutama akses ritel. Hal ini penting untuk market akses oleh investor di seluruh nusantara.
"Ini bukan saja dilakukan di pasar modal namun di kita terapkan di seluruh sektor keuangan masuk ke ritel daerah, sehingga mempercepat inklusi keuangan masyarakat di daerah," katanya.
Minat investor milenial berinvestasi di instrumen surat utang ritel milik negara kian masif.
Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menunjukkan, hampir 50% atau separuh investor dari Surat Berharga Negara (SBN) ritel adalah milenial.
Terbaru, pemerintah baru saja menerbitkan surat utang negara seri ORI018. Obligasi ritel ini merupakan obligasi ritel yang dapat diperdagangkan dan menjadi seri terakhir yang diterbitkan pemerintah di tahun 2020 ini. (RZ/WK )***
No comments:
Post a Comment