INDENPRES MEDIA ISTANA

Wednesday 30 September 2020

Kabar Duka dari Timur Tengah: Emir Kuwait Sheikh Sabah Wafat.

Foto: Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Jaber al-Sabah (kanan).

Jakarta, ( INDENPERS-MEDIA )-----Kabar duka datang dari Timur Tengah. Emir Kuwait Sheikh Sabah Al Ahmad Al Jaber Al Sabah (91 tahun) wafat pada Selasa (29/9/2020) malam WIB.

"Dengan kesedihan yang luar biasa dan mendalam, kami berduka untuk orang-orang Kuwait, negara-negara Arab dan Islam, dan orang-orang yang bersahabat di dunia atas kepergian Yang Mulia Sheikh Sabah Al Ahmad Al Jaber Al Sabah ke sisi Tuhan Yang Maha Esa," tulis Istana Kerajaan Kuwait, baru-baru ini.

Namun demikian, pengumuman itu tidak menyertakan kapan dan di mana Sheikh Sabah wafat. Satu yang pasti, Ia akan digantikan oleh saudara tirinya yang berusia 83 tahun, yaitu Putra Mahkota Sheikh Nawaf Al Ahmad Al Sabah.

Pada Juli 2020, Sheikh Sabah diterbangkan ke Amerika Serikat (AS) untuk menjalani perawatan lebih lanjut atas sakit yang diderita. Ketika itu pula kekuasaan diserahkan kepada putra mahkota.

KUNA menulis Sheikh Sabah pernah membatalkan kunjungan ke Gedung Putih untuk menemui Presiden AS Donald Trump pada awal September 2019. Pembatalan itu lantaran sakit yang diderita.

Emir Kuwait Sheikh SabahFoto: Emir Kuwait Sheikh Sabah (Dokumentasi Twitter Duta Besar AS untuk Kuwait Alina Romanowski)

"Presiden berharap Emir lekas sembuh dan berharap untuk bisa menyambutnya di Washington DC segera begitu dia pulih," tulis Gedung Putih dalam sebuah pernyataan. "Emir adalah pemimpin yang dihormati dan telah menjadi mitra luar biasa AS dalam mengatasi tantangan di kawasan ini."

Kemudian pada 18 Agustus 2020, Kuwait mengakui kondisi kesehatan Emir kian memburuk. Pengumuman itu datang setelah Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif berkunjung dan menulis di Twitter bahwa dia "berdoa semoga Emir lekas sembuh".

Sheikh Sabah merupakan penguasa ke-15 dalam dinasti Al Sabah yang dimulai sejak 1752. Sheikh Sabah adalah emir kelima sejak Kuwait memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 1961. Sheikh Sabah lantas menjabat sebagai menteri luar negeri dari 1963 hingga 2003.

Pada 1990, Irak menginvasi Kuwait, menggulingkan emir ketika itu Sheikh Jaber Al Ahmad Al Sabah, dan mencaplok Kuwait. Sheikh Jaber lantas melarikan diri ke Arab Saudi dan menjalankan roda pemerintah di pengasingan. Sheikh Sabah kembali ke Kuwait pada Maret 1991 atau dua pekan setelah berakhirnya Operasi Badai Gurun yang dipimpin AS.

Sheikh Sabah kemudian menjadi emir negeri kaya minyak itu sejak 2006. Sheikh Sabah dikenal lantaran pendekatan diplomasi dalam penyelesaian masalah di kawasan. Misalnya, menjadi tuan rumah konferensi donor untuk Irak, Suriah, dan negara-negara lain yang dilanda perang. ( RZ/WK)***


No comments:

Post a Comment