INDENPRES MEDIA ISTANA

Friday 6 November 2020

Sri Mulyani Soal Lonjakan Utang: Harus Dijaga, No Matter What.


Jakarta, ( INDENPERS-MEDIA )----Di tengah pandemi Covid-19, APBN merupakan sebagai instrumen kebijakan dalam melindungi ekonomi masyarakat. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, memastikan APBN dan utang di negara ini dikelola dengan baik.

Sri Mulyani menjelaskan, APBN merupakan instrumen pemerintah untuk mencapai tujuan bernegara, untuk menjadikan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan berkesinambungan.

Dalam mengelola APBN, kata Sri Mulyani, tidak jarang dirinya berhadapan dengan berbagai macam situasi yang tidak mudah.

Ada masalah yang sifatnya distrupsi, seperti climate change atau perubahan iklim, teknologi digital, dan pandemi seperti yang terjadi saat ini.

"Ini masalah-masalah yang sifatnya bisa menimbulkan shock terhadap ekosistem, environment atau lingkungan, di mana kita beroperasi yang kemudian mengharuskan kita melakukan respons," jelas Sri Mulyani, dalam webinar Simposium Nasional Keuangan Negara (SNKN) 2020 secara virtual, baru-baru ini.

Salah satu respons yang dilakukan pemerintah, seperti diketahui adalah saat ini melebarkan defisit APBN 2020 menjadi 6,34% terhadap PDB, atau setara dengan Rp 1.039,2 triliun.

Defisit APBN yang melebar itu, mau tidak mau Indonesia harus mengalami lonjakan utang. Tapi, Sri Mulyani menekankan utang merupakan persoalan yang harus dijaga.

"Jadi masalah utang merupakan persoalan yang harus dijaga, no matter what," ujarnya.

Sri Mulyani memastikan Indonesia tidak akan menjadi seperti negara lain, yang di mana mereka tidak bisa mengelola APBN dengan baik, dan tidak berkesinambungan. Sehingga malah justru menjadi sumber masalah.

"Karena pengalaman banyak negara, menunjukkan mereka tidak menggunakan instrumen APBN secara berkelanjutan, berkesinambungan. Sehingga bukannya APBN menjadi solusi, tapi jadi sumber masalah," ujarnya.

"Jadi ini yang saya ingin letakkan dulu pada bagian pertama. APBN sebagai instrumen, tapi harus tetap dijaga. Agar bisa menjadi instrumen masyarakat yang sejahtera, adil, dan berkesinambungan," kata Sri Mulyani melanjutkan.

Sebelumnya, Sri Mulyani juga sempat menanggapi masyarakat yang suka menyinggung atau 'nyinyir' kepada dirinya terkait utang negara saat ini.

"Karena kita ingin menyelamatkan ekonomi, maka APBN menghadapi tekanan yang luar biasa. Penerimaannya jatuh, tapi kita memberi bantuan. Membantu hidup banyak sekali [masyarakat]. Makanya defisit kita naik banget," jelas Sri Mulyani melalui video conference, Senin (2/11/2020).

Adapun posisi utang pemerintah per akhir September 2020, berdasarkan dari data Kementerian Keuangan sebesar Rp 5.756,87 triliun.

Utang pemerintah pada September 2020 tersebut, meningkat 22,5% jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 4.700,28 triliun. Sedangkan dibandingkan dengan posisi utang Agustus 2020, terjadi kenaikan 2,9%, yang sebesar Rp 5.594,93 triliun.( RZ.WK )****

No comments:

Post a Comment