INDENPRES MEDIA ISTANA

Monday 16 November 2020

Blak-blakan Doni Soal Kerumunan Rizieq Hingga Kapasitas ICU.

Foto: Doni Monardo.

Jakarta, ( INDENPERS-----Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Letnan Jenderal TNI Doni Monardo buka-bukaan perihal pelanggaran protokol kesehatan yang muncul dalam acara yang digelar Imam Besar Front Pembela Islam Habib Rizieq Shihab di Petamburan, naru-baru ini. Ia kembali menekankan pentingnya penerapan penerapan protokol kesehatan saat pandemi Covid-19.

Hal itu disampaikan Doni dalam keterangan pers dari Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta bau-baru ini. Mengawali paparannya, dia mengungkapkan alasan mengundang dua dokter yang bertugas di RSD Wisma Atlet. Mereka berpakaian lengkap, yaitu menggunakan hazmat hingga masker N95.

"Ini untuk berusaha mengingatkan kita betapa sulitnya tugas dokter selama 9 jam atau 8 jam tanpa henti harus menggunakan hazmat, sedangkan kita masyarakat biasa hanya diminta patuh kepada protokol kesehatan," kata Doni.

"Kiranya permintaan dari Ketua Ikatan Dokter Indonesia dan perwakilan dokter agar masyarakat Indonesia bisa memahami betapa sulitnya tugas para dokter, betapa dokter memiliki resiko yang sangat tinggi. Tadi disampaikan sudah 160 dokter yang gugur, belum lagi petugas kesehatan lainnya seperti perawat, bidan, petugas lab, dan petugas-petugas medis lainnya," lanjutnya.

Oleh karena itu, Doni mewakili Satgas Penanganan Covid-19 mengajak seluruh komponen masyarakat untuk betul-betul patuh kepada protokol kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan kerumunan. Ia bilang sejumlah aktivitas yang menimbulkan kerumunan hampir pasti akan menyebabkan penularan.

"Menulari dan tertular, satu sama lainnya. Dan mereka yang menyelenggarakan acara tersebut bukan hanya mendapatkan sanksi di dunia dari pemerintah, tetapi juga kelak di kemudian hari akan dimintakan pertanggungjawaban dari Allah SWT karena dalam kegiatan yang menimbulkan kerumunan itu menghasilkan penularan," ujar Doni.

"Mungkin bagi anak muda yang usianya relatif masih di bawah 36 tahun, sehat, tidak ada komorbid, rata-rata adalah tanpa gejala alau terpapar covid. Namun, ketika mereka kembali ke rumah, ketemu dengan orang-orang yang dicintai, ketemu dengan saudara-saudaranya yang lain, yang punya komorbid, usianya sudah lanjut, maka risikonya sangat fatal. Data yang kemi peroleh dalam 8 bulan terakhir, angka kematian penderita komorbid dan lansia 80-85%. Sebuah angka yang sangat tinggi," lanjutnya.

Eks Pangdam Siliwangi itu pun bilang kalau semua komponen sudah bekerja keras meningkatkan angka kesembuhan. Nilainya saat ini sudah mendekati 83%. Kendati demikian, Doni mengkhawatirkan ada peningkatan kasus Covid-19 dalam dua pekan terakhir.

Imbasnya, kapasitas ruang isolasi RS rujukan di Jakarta meningkat dari 32% menjadi 53%. Pun ruang ICU di RS rujukan yang sekarang meningkat menjadi 68%, meskipun lebih rendah ketimbang posisi September lalu, yaitu 83%. Doni berharap agar ruangan-ruangan itu tidak penuh.


"Satu hal yang perlu kita lakukan adalah meningkatkan disiplin kolektif, meningkatkan kesadaran kolektif untuk tidak melakukan berbagai macam acara yang dapat menimbulkan kerumunan. Sekali lagi semua aktivitas yang berhubungan dengan timbulnya kerumunan tolong untuk dihindari," ujarnya.

"Dan kami juga mengajak pada seluruh keluarga besar bangsa Indonesia untuk mengingatkan keluarga kita satu sama lainnya agar jangan menghadiri acara yang menimbulkan kerumunan," kata Doni.

Ia tak menampik apabila itu merupakan sesuatu yang sulit. ( RZ/WK )***

No comments:

Post a Comment