Monday, 17 September 2012
NON AKTIFKAN SOEMARMO SECEPATNYA.
Non Aktifkan Soemarmo Secepatnya
Semarang-Jateng.
Dengan daerah mana Kota Semarang mau disetarakan untuk upah buruhnya? Sementara kota-kota metropolitan lainnya sudah memiliki angka upah minimun di atas 1 juta rupiah, namun Kota Semarang di bawah kepemimpinan Walikota Semarang Soemarmo masih menjadikan upah rendah sebagai daya tarik investasi.
Di kota Semarang dalam memperjuangkan perbaikan pengupahan, paling tidak tercatat lebih dari 30 aksi unjuk rasa setelah proses perundingan dan dialog buntu. Gubenur lebih memilih menetapkan apa yang diusulkan oleh Walikota Semarang Soemarmo.
Permasalahan pentingnya antara lain adanya pelaksanaan kesepakatan konversi minyak tana ke gas dan mekanisme survey yang masih belum sesuai dengan harapan buruh. Lokasi survey semestinya dilakukan di tempat buruh biasanya membeli kebutuhannya, bukan di pasar-pasar dengan waktu obral sehingga harga menjadi murah.
Pertanyaannya, mengapa upah minimun buruh di Kota Semarang sedemikian tertinggal dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia? Bukankah di pasaran banyak berlaku chain store ( rantai distribusi ), harga rokok di suatu daerah akan sama dengan daerah lain, misalnya.
Adakah menjadi penting untuk mempertanyakan peran kepala daerah yang dipilih oleh rakyatnya dengan harapan mampu untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat pekerjanya. Kemampuan kepala daerah untuk memberanikan diri membuat perubahan inilah yang tidak dimiliki oleh Soemarmo sebagai Walikota Semarang
Demikian juga ketika tahun 2012 ini, buruh dihadapkan dengan kenaikan UMK yang masih di bawah 1juta rupiah dan di bawah UMK Kota-kota besar di Indonesia.
Pada tahun pertama Soemarmo memimpin Kota Semarang, buruh disodorkan dengan kenaikan upah minimum hanya sekitar 30 persen atau Rp 21 ribu saja. Sementara berimpit dengan waktu penetapannya, Soemarmo mengeluarkan program Semarang Great Sale dengan jojoran diskon dengan harapan masyarakat bersikap konsumtif untuk membeli.
Sungguh ironis dengan kinerja buruh yang menggerakan roda ekonomi sementara di saat yang sama masyarakat disodori dengan permainan suap di Balaikota Semarang dengan oknum DPRD Kota Semarang.
Dengan melihat persoalan-persoalan tersebut. sebagaimana yang ditunjukkan pada aksi unjuk rasa peringatan Hari Buruh Sedunia pada tahun ini diKota Semarang,nampaknya kegeraman yang luar biasa ditunjukkan pada Soemarmo selaku bagian dan pembuat kebijakan pengupahan di Kota Semarang.
Memang , jika status terdakwa telah disandangkan maka akan segera di-nonaktifkan, tetapi ini tidak begitu saja melepaskan diri dari pengalaman pengupahan selama dipimpin oleh soemarmo selaku Walikota Semarang
Kasus yang membelit Soemarmo saat ini dan ditahannya di LP Cipinang oleh KPK memunculkan kekhawatiran baru di kalangan buruh. Tidak mungkin upah minimum diusulkan oleh Walikota yang mendekam di jeruji tahanan. Segera non aktifkan Soemarmo dari jabatan Walikota Semarang. ( Andu Nicolaas ).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment