Wednesday, 27 November 2013
IDI JATENG GELAR AKSI SOLIDARITAS,
Semarang,
Ribuan dokter yang tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia ( IDI ) Jateng melakukan aksi mogok kerja dan turun kejalan terkait tak digubrisnya Peninjauan Kembali (PK) oleh Mahkamah Agung RI terhadap kasus yang menimpa rekan sejawatnya, dr Dewa Ayu, dan kawan-kawannya di Menado.
Di Kota Semarang, demo dipusatkan di depan gedung DPRD Jateng, Jalan Pahlawan Semarang, dan kota-kota lain di Jateng, seperti Demak, Kendal, Purwodadi, dan Temanggung. Yang menarik, para pendemo mengenakan seragam putih khas dokter dan memakai pita hitam dilengan kanan dan mahasiswa Fakultas Kedokteran tersebut meluapkan kekecewaannya,
Ketua PB IDI Jateng, dr Djoko Widyarto, menyatakan ada sua hal yang melantarbelakangi aksi tersebut. Pertama, bentuk solidaritas terhadap perlakuan semena-mena dan tidak manusiawi yang dialami dr Dewa Ayu, dr Hendry Simanjuntak, dan dr Hendy Siagisn. Kedua itu mencium adanya kesalahan perlakuanhukum tentang praktik kedokteran,
dr Djoko, Undang-Undang tentang pratik kedokteran saat ini perlu pembenahan. Dokter diperlakukan seperti penjahat berat, ditangkap saat sedang praktik, diborgol selama perjalanan , dan dikawal ketat seperti layaknya teroris. Seharusnya, jika ada penangkapan pun dikoordinasikan dengan IDI tetap menghormati hukum.
Pembenahan yang dimaksud adalah diamandemenkan nya UUD praktik Kedokteran mengenai peradilan profesi dokter jika perlakuan sama terus terjadi , maka dikhawatirkan dokter enggan menangani pasien gawat tersebut.
Sedangkan kesalahan perlakuan hukum, didasarkan pada KHUP pasal 224 tentang Putusan Perkara Pidana yang menyatakan jika putusan bebas tidak bisa diajukan kasasi, dan menyatakan jika KHUP tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum. Padahal, KHUP tersebut berlaku mulai Maret 2013 sedangkan kasasi keluar September 2012.
Menurut dr Djoko , ini menjadi pertanyaan besar, ada apa ini ? Jelas pada saat kasasi itu keluar, KHUP 244 masih mengikat, makanya menuntut ada kejelasan disini.
Kepala Bagian Kebidanan RSUP Kariadi Semarang, dr Suryo Hadiyono mengatakan, hasil visum terhadap korban jelas menyebutkan adanya embuli yang terjadi di luar kendali kemampuan semua dokter. Emboli terjadi akibat adanya udara yang masuk dipembuluh darah, dokter secanggih apa pun tidak bisa memprediksi hal tersebut.
Dalam pantauan di lapangan pada saat IDI Jateng gelar aksi solidararitas, pelayanan kesehatan di RSUP Kariadi Semarang tak begitu terkendala. Suasana di rumah sakit tak berbeda dengan hari biasa. Meskipun hanya beberapa dokter yang bertugas, namun pasien rawat jalan atau pun rawat inap tetap dilayani dengan baik.
Direktur Umum dan Operasional RSUP Kariadi Semarang dr Darwito SH SpB (K) Onk, mengatakan sebagian besar dokter di RSUP Kariadi Semarang mengikuti solidaritas tersebut. Namun, dokter masih patuh terhadap kode etik dan sumpah dokter yang diucapkan, sehingga pelayanan kesehatan masyarakat tetap terlayani.
Sementara itu sejumlah rumah sakit swasta di Semarang seperti RS Roemani , pelayanan di RS Roemani tetap berjalan normal seperti biasa. Hal itu dikatakan oleh dokter jaga UGD RS Roemani, dr H Gunadi M Kes.
Sementara itu, Kepala Dinkes Semarang, Widoyono menyatakan jika dokter yang bertugas di puskemas tidak mengikuti aksi tersebut. Dokter di Puskemas tetap melayani masyarakat , tidak ada yang mogok kerja. ( andu ).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment