Monday, 14 September 2015
Tolak Eksekusi Museum Radya Pustaka.
Solo, Gelombang aksi penolakan masyarakat Solo terhadap akan dieksekusinya Museum Radya Pustaka yang berada di Kawasan Sriwedari, masih terus terjadi. Dimana di kawasan CFD Solo. Belum lama ini, masyarakat membubuhkan tanda tangan berupa penolakan tersebut. Tak hanya itu saja, sosok wayang Punawakan, yakni semar, gareng, petruk dan bagong juga ikut berpartisipasi dalam anjang tersebut.
Sementara itu, dalam aksi solidaritas lewat tanda tanga, hampir semua masyarakat Solo mendukung keberadaan lahan Sriwedari tak boleh di gusur.
Pengagas ide kegiatan, Mayor Haristanto mengatakan, alasannya menghadirkan sosok Punawakan, karena memang sosok tersebut yang mewakili rakyat. Sehingga dengan tegas rakyat Solo khususnya menolak Museum Radya Pustaka dipindah tempat.
Mayor juga menjelaskan perlu diingat dan diketahui, museum Radya Pustaka memiliki perjalanan sejarah penting bagi Indonesia. Sehingga jika dipindah lokasinya saja, sudah sangat berkurang nilai sejarahnya.
Mulyadi yang membawakan wayang sosok Semar menjelaskan, selain museum kawasan Sriwedari juga ikut terancam. Padahal, selama ini kawasan Sriwedari terkenal dengan Gedung Wayang Orang dan sampai saat ini masih banyak orang mengantungkan nasib dalam pertunjukan tersebut.
Dijelaskan pula oleh Mulyadi kembali lagi ke masalah sejarah, Gedung Wayang Orang mampu menciptakan banyak seniman ketroprak. Apakah dengan hal tersebut akan dirobohkan dengan begitu saja ?.
Sriwedari merupakan roh Solo, jangan ada permainan di dalamnya.
Sementara itu, Dua calon Walikota Solo yang akan maju dalam Pemilihan Kepala Daerah ( Pilkada) pada tanggal 9 Desember mendatang Anung Indro Susanto dan FX Hadi Rudyatmo angkat bicara soal polemik yang terjadi di Museum Radya Pustaka Solo. Kedua calon tersebut berjanji untuk bekerja keras mempertahankan lahan tersebut.
Pria yang akrab disapa Rudy ini pun mengapresiasi langkah hukum yang sedang berjalan. Bahkan Rudy meminta kepada Museum Radya Pusaka untuk memenuhi undangan Pengadilan Negeri Solo pada tanggal 28 September mendatang.
Diharapkan oleh Rudy perwakilan museum datang dalam undangan tersebut, akan siap mendampingi demi kepentingan rakyat. Bagaimanapun juga ingin lahan ini kembali kepangkuan Ibu Pertiwi.
Dan juga Rudy mendesak kepada Pejabat Walikota Solo untuk tak tinggal diam terhadap kasus tersebut, salah satu upayanya dengan mengajukan penundaan eksekusi lahan Museum Radya Pusaka.
Sementara itu Anung Indro Susanto mengatakan jika dipercaya menjadi Walikota Solo, akan melakukan jalur dialog. Jika peninjauan kembalai (PK) kalah, meminta masyarakat Solo bisa menerima semua itu, karena itu sudah diputuskan pengadilan kita bisa apa, masyarakat juga harus bisa menerima. Kalau perlu malah sekalian dibeli saja, tinggal komunikasi bersama, baik dengan pemilik lahan dan Pemkot Solo.****
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment