INDENPRES MEDIA ISTANA

Saturday 5 September 2015

Botoh Di Pilkada.

Ibarat botol ketemu tutupnya. Satu kepentingan bertemu dengan kepentingan lain yang ternyata klop, alias cocok. Ungkapan ini bisa pas jika proses pilkada dipengaruhi oleh botoh. Biasanya, calon yang maju disebut jago. Jagonya koalisi partai, atau jago dari satu partai. Kalau botoh diartikan sebagai penyabung ayam, kata botoh pun pas dipakai di dalamnya. Secara umum botoh berarti penghobi ayam aduan. Tapi tiap daerahnya biasanya berbeda dalam mengartikannya. Mengacu berbagai sumber, untuk di Semarang arti botoh lebih spesifik lagi tidak sekadar penghobi ayam aduan, juga untuk orang yang memandikan, menandingkan, dan bertaruh untuk ayamnya, atau pemain profesional. Tapi, klop seperti itu bukan lantas layak diamini bersama. Botoh dalam pilkada mengundang kekhawatirkan. Kantor Kesatuan Kebangsaan dan Politik ( Kesbangpol ) Semarang, misalnya, kini mensinyalir sejumlah botoh lokal yang sudah beroperasi ke wilayah Kota Semarang, bahkan sejak partai politik mengeluarkan rekomendasi. Botoh dalam pilkada, arti bakunya memang belum tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Maklum, istilah ini relatif baru. Namun, kira-kira tak beda dengan pengaruh saat jago-jago pilda tersebut ' bertarung ". Kalau sudah begini, dampaknya bukan sebatas mempengaruhi pemilih, lebih jauh lagi terkait perkembangan daerah itu sendiri. Kepala Kantor Kesbangpo Purbatinhadi menyatakan, sangat khawatir soal tersebut karena para botoh dapat mempengaruhi pilihan masyarakat. Biasanya rawan pelanggaran money politics. Ajang pilkada itu pun menjadi bak permainan sabung ayam yang panjang benang merahnya. Dalam konteks sosial-budaya, di Jawa, misalnya, sabung ayam dari folklore ( ceritera rakyat ) Cindelaras. Ceritera singkatnya, pemilik ayam Cindelaras berhasil menaklukkan ayam sang raja. Diketahui kemudian Cindelaras ternyata putra raja yang lahir dari permaisurinya yang terbuang akibat iri dengki sang selir. Kembali ke botoh pilkada, akhirnya tergantung pemilih, partai pengusung, dan jago itu sendiri. Bukan masalah jika semuanya sudah bak filosofi botol kosong.Jika terisi air bersih, botol kosong menjadi bernilai tinggi. Bukan botol kosong berisi air kotor, bahkan got, yang nilainya jauh lebih rendah dibandingkan botol kosong. Kalau memang sudah bak botol berisi air bersih, tidak ada pengaruhnya jika para botoh berkeliaran di area pilkada,****

No comments:

Post a Comment