Saturday, 12 September 2015
Rupiah Oh Rupiah Kenapa Mau Turun ?
Mata uang negeri ini barangkali paling populer saat meroketnya Rhoma Irama pada tahun 70-an, sehingga Rhoma Irama dinobatkan sebagai Raja Dangdut. Album ke-3 grupnya Soneta, pada tahun 1975 meledak dengan lagu andalan Rupiah. " Tiada orang yang tak suka/ Pada yang bernama rupiah/ Semua orang mencarinya/ Dimana rupiah berada". Begitu baid awal lagu yang dulu sering dinyanyikan anak-anak kampung.
Lagu Rupiah lahir memang sesuai konteks zamannya. Pada masa Orde Baru, antara pada tahun 1975 sampai tahun l990, bisa disebut masa keemasan Soeharto. Presiden kedua RI ini layak membusungkan dada atas kemajuan-kemajuan segnifikan dari bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Taroh contoh saat ini, Soeharto selalu bersemangat, pede, setiap tampil di ' mimbar dunia ' jika bicara tentang keberhasilan Program KB dan swasembada pangan.
Tapi, ada juga syair yang mengandung kritik sosialnya. Simak baid lain lagu Rhoma tersebut. " Memang karena rupiah/ Orang menjadi megah/ Kalau tidak ada rupiah/ orang menjadi susah. Memang karena rupiah. Hidup memang perlu rupiah/ Tetapi bukan segalanya/ Asal jangan halalkan cara."
Terpuruknya rupiah rupanya tidak menginspirasi Rhoma untuk mencipta semacam lagu rupiah, atau lagu dolar. Justru muncul lagu anak-anak yang bermakna tentang kampanye cinta rupiah dan negeri pada tahun 1997 sampai tahun 1998. Semisal Aku Cinta Rupiah yang dinyanyikan oleh Cindy Cenora, lagu tentang rasa bangga anak Indonesia terhadap mata uang negaranya di saat krisis. Juga lagu Trio Kwek-Kwek. Grup yang terdiri Leony, Dea Ananda dan Alfandi ini kondang lewat lagu Indonesia Negeriku dan Gemah ripah lohjinawe.
Tujuh tahun kemudian, ceritera jadi lain. Rupiah lunglai menyusul krisis finansial Asia pada tahunn 1997. Indonesia salah satu negara paling parah terkena dampaknya. Muncullah istilah krismon ( krisis moneter ). Dan bukan lagi Rhoma yang populer dengan lagu rupiahnya, melainkan Ronggrowarsita, pujangga Surakarta yang hidup sekitar pada tahun 1720-an hingga awal pada tahun 1880-an.
Dalam suasana krismon, ramalan Ronggowarsito tentang Satrio Mukti Wibowo kesandung kesamper disebut-sebut tertuju pada sosok Soeharto pun menjadi presiden terkaya ( Mukti ) di negeri ini. Tapi, kemudian Soeharto jatuh menyusul krisis ekonomi dunia, dan ia harus memikulnya hingga lengser, yang mengacu ramalan tersebut disebut Kesandung kesamper.
Kini dan hingga hari ini, rupiah bukan sebatas lagu, juga bukan sebatas kampanye, melainkan " nyata " dalam kondisi melemah.
Waktu terus berjalan, rupiah dianggap popularitasnya bukan lewat lagu melainkan kampanye, bernama Gerakan Cinta Rupiah. Bank Indonesia (BI ) yang meluncurkannya sejak pertengahan pada bulan Desember 2014. Aksi BI ini dilakukan melalui iklan di televisi dan media cetak.
Imbasnya, seperti lagu rupiahnya Rhoma, " Orang menjadi susah ". Kalau sudah begini, rakyat butuh langkah cepat dan tepat, bukan " lagu janji kampanye " yang meninabobokan. Oh... Rupiah...rupiah.... kenapa tidak mau turun ?.*****
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment