INDENPRES MEDIA ISTANA

Saturday, 24 November 2012

Kalangan Bisnis Cemas Menatap Tahun 2013 Mendatang.

Semarang- Jawa Tengah.
         Para pelaku bisnis kini harap-harap cemas menyambut datangnya tahun 2013 mendatang. Pasalnya, sejumlah kebijakan pemerintah berpotensi melambungkan pengeluaran mereka. Mulai dari kenaikan Upah Minimum Regional ( UMR ). Tarif Dasar Listrik ( TDL ), hingga rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak ( BBM ).
          Sementara jika TDL naik, hal tersebut berdampak besar bagi pengusaha.Pasalnya, kebanyakan jenis usaha, listrik menjadi beban biaya terbesar kedua setelah bahan baku. Biaya pembayaran listrik di pabrik tekstil atau baja mencapai 25 sampai 30 persen dari keseluruhan biaya produksi.
             Hal itu diungkapkan oleh Ketua DPP Asosiasi Pengusaha Indonesia ( Apindo ) JawaTengah, Frans Kongi, menyatakan, sejumlah kebijakan tersebut akan memberatkan pelaku bisnis. Apalagi jika ketuganya diberlakukan bersamaan
              Menurut Frans bahwa, TDL naik, biaya produksi akan melambung. Kalau BBM yang naik, dampaknya kecil. Ada pabrik yang menggunakan BBM, tapi jumlahnya kecil, tidak sebesar penggunaan listrik. Kecuali perusahaan angkutan. Pasti akan sangat terpengaruh karena kebutuhan BBM besar.
             Frans menegaskan, pihaknya sejak dulu mendukung kebijakan pemerintah untuk mencabut subsidi dan menaikkan harga BBM. Tapi, tidak untuk TDL. Menurut Frans, subsidi BBM lebih tepat digunakan untuk pembangunan infrastruktur jalan dan pelabuhan demi memperlancar kegiatan bisnis.Jika BBM naik, lanjut Frans, dampakbya tidak besar.
            Pendapat berbeda disampaikan General Manager PO Nusantara, Andy Darmawan,. Menurut Andy, bahan bakar menjadi penggerak utama operasional armada. Sebanyak 50 persen biaya operasional perusahaannya dikeluarkan untuk BBM. Sedangkan listrik hanya digunakan untuk operasional kantor dan perawatan.
             Andy memberikan gambaran pengguna BBM sehari-hari PO  Nusantara. Sekali jalan, menempuh rute Kudus-Jakarta unit bus membutuhkan 385 liter solar. Dengan harga solar Rp 4.500,- per liter, berarti satu bus membutuhkan biaya operasional BBM sekitar Rp 1,7 juta. Padahal dalam sebulan, setiap hari ada 30 sampai 40 bus yang beroperasi. Jika BBM naik, otomatis imbasnya besar biaya operasional akan membengkak
               Menurut Andy, kalau harga BBM naik, konsekuensinya harga tiket juga harus naik untuk menutup biaya operasional  Sebabnya kata Andy,belum bisa menentukan berapa kenaikan harga tiket penumpang . Andy juga mengharapkan pemerintah memberikan harga khusus buat pengusaha angkutan.
              Selain biaya operasional yang membengkak, Andy juga mengkhawatirkan harga spare part atau suku cadang yang pasti ikut naik seiring kenaikan harga BBM.
               Sementara itu, Pelaksana Tugas ( Plt ) Kepala Badan Kebijakan Fiskal ( BKF ) Kementerian Keuangan ( Kemenkeu ) Bambang Brojonegoro menyatakan menaikkan  harga BBM bersubsidi energi yang dinilai sangat memperberatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( APBN ). Jadi, diusulkan diawal tahun nanti premium dan solar naim menjadi Rp 500,- per liter.
                Sekadar catatan, opsi ini pernah diusulkan pada 2010 lalu,  namun ditolak oleh DPR sehingga pemerintah menggunakan alternatif lain melarang konsumen BBM bersubsidi atau kendaraan dinas, TNI, Polr, BUMN dan BUMN, ( ANDU )

No comments:

Post a Comment