INDENPRES MEDIA ISTANA

Sunday, 22 August 2021

Sri Mulyani Wanti- wanti Bahaya Ini, RI Juga Mulai Siap- siap!


INDENPERS MEDIA ISTANA, JAKARTA------


Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta kepada semua pihak untuk tidak menganggap remeh isu perubahan iklim atau climate change di tengah masih adanya pandemi Covid-19.

Menurut Menkeu, persoalan ini nyata dan bahkan sudah mulai terasa di berbagai belahan dunia.

"Sebelum 2045 kita akan menghadapi 2030 climate change yang menghasilkan Paris Agreement, semua negara melakukan komitmen untuk mengurangi CO2 karena dunia ini sudah menghangat," ungkap Sri Mulyani dalam webinar CSIS, Rabu di awal Agustus lalu (4/8/2021).

"Banjir yang tidak pernah terjadi, terjadi. Di Jerman sampai terjadi banyak sekali korban. Kebakaran hutan, kekeringan, ada juga turunnya es atau salju di berbagai daerah yang belum menghadapi ini jadi climate change is real karena dunia sudah menghangat di atas 1%. Kita menghindari untuk menghangat," tegasnya.

Masing-masing negara memiliki tanggung jawab yang sama dalam mengantisipasi perubahan iklim, termasuk Indonesia. Hanya saja, sebagai negara berkembang, Indonesia tetap harus mendorong perekonomian demi mengubah nasib kemiskinan yang masih tinggi.

"Kita memperjuangkan hak negara emerging untuk memperbaiki kemakmuran tanpa terbebani tidak adil. Take and give jadi penting. Komitmen climate change tanpa pendanaan tidak akan bisa dijalankan. Kita akan terus mengakselerasi untuk climate change maupun dalam forum global yang lain," papar Sri Mulyani.

Kebutuhan Indonesia untuk mengatasi hal tersebut cukup besar, yaitu sekitar Rp 3.700 triliun sampai 2030 mendatang.

"Salah satu hitungan adalah Rp 3.461 triliun sampai 2030 dan bahkan sekarang angka itu direvisi menjadi Rp 3.779 triliun, lebih tinggi lagi," kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.

"Bagaimana kita bisa mendesain policy sehingga kerja sama bisa menerjemahkan sehingga financing gap bisa dipenuhi DNA komitmen climate change [komitmen dari Designated National Authority/DNA for CDM projects] bisa dicapai," katanya.

"Kalau kita mau menurunkan CO2 40% maka kebutuhan US$ 479 billion [setara Rp 6.946 triliun, kurs Rp 14.500/US$] . Jadi ini tantangan bagaimana policy kita bisa menghasilkan platform kerja sama yang kredibel," pungkas Sri Mulyani.

Dia menegaskan, pada 2030 milestone perubahan iklim merupakan sesuatu yang sangat critical. Sri Mulyani mengatakan banyak negara sudah berikhtiar, salah satunya menghasilkan Paris Agreement. Semua negara berkomitmen mengurangi CO2, karena dunia ini sudah menghangat. Bulan-bulan ini, katanya, hampir semua negara di dunia mengalami fenomena itu.(RZ / WK )**** 

No comments:

Post a Comment