INDENPERS MEDIA ISTANA, JAKARTA-----------Sederet komplain baru saja diterima oleh Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dari negara-negara asing. Serbuan komplain itu disampaikan karena banyak barang-barang dari luar negeri tak lagi dipakai di Indonesia.
Luhut mengatakan banyak negara-negara yang menjadi eksportir mengeluh Indonesia bagaikan menjauhi produk asing belakang ini. Dia pun menegaskan, Indonesia memang sedang fokus mengembangkan produk dalam negeri dan mau kurangi impor.
Apalagi, perintah pengembangan produk dalam negeri ini merupakan perintah dan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), makanya hal itu harus dilaksanakan. Menurut Luhut, Jokowi ingin produk dalam negeri berjaya di negeri sendiri dan bisa bersaing di kancah global.
"Beberapa negara asing hari ini komplain dan bertanya mengapa Indonesia terkesan menjauhi produk luar negeri di dalam e-katalognya hari ini? Saya tegaskan bahwa ke depan kami akan fokus untuk pengembangan produk dalam negeri," ungkap Luhut dalam unggahannya di akun Instagram @luhut.pandjaitan,baru-baru ini.
"Ini arahan dari Presiden Jokowi yang ingin agar produk dalam negeri berjaya di dalam negerinya sendiri bahkan kalau bisa berani bersaing hingga kancah global," tegasnya.
Dalam unggahan terbarunya itu, Luhut juga mengatakan salah satu fokus penggunaan produk dalam negeri adalah pada industri kesehatan. Bahkan kemarin, produk dalam negeri berupa alat suntik baru saja diekspor.
UNICEF meminta 1,2 miliar unit alat suntik pabrikan Indonesia untuk digunakan di Ukraina. Ekspor akan dilakukan sebanyak 200 kontainer hingga tahun depan dilakukan oleh PT Oneject Indonesia.
"Hari ini saya melihat satu pencapaian baru yang ditorehkan oleh anak bangsa kita, yaitu sebuah perusahaan alat suntik sekali pakai asli Indonesia yang berhasil mendapat pesanan dari UNICEF sebanyak 1,2 miliar alat suntik hingga tahun 2022 nanti," papar Luhut.
Soal ekspor alat suntik yang baru saja dilakukan, Luhut punya catatan yang harus diperhatikan. Hal itu adalah peningkatan kandungan komponen dalam negerinya. Meski alat ini sudah diekspor, namun beberapa komponen masih didapatkan dengan melakukan impor.
Komponen yang dimaksudkan Luhut adalah jarum suntik pada alat suntik yang diekspor ini bahan bakunya masih didapatkan dari luar negeri. Padahal, menurut Luhut sudah ada pabrik stainless steel dalam negeri di Morowali.
"Tapi ini jarumnya masih kita impor. Padahal kita ini punya pabrik stainless steel terbagus di Morowali, saya akan ngomong dengan Morowali agar bahan bakunya bisa dikasih ke Oneject," tutur Luhut.
Luhut menekankan apabila jarum suntik yang dia maksud bisa dipenuhi dengan produk stainless steel dari pabrik di Morowali maka kandungan komponen dalam negeri pada alat suntik pabrikan Oneject akan meningkat. Peningkatannya bisa mencapai 80%.
"Penguatan penggunaan produk dalam negeri penting untuk dilakukan dan harus didukung oleh semua pihak guna meningkatkan kesempatan kerja di sektor ini dan mampu menghemat devisa," tegas Luhut.
Dia menambahkan, dengan stainless steel hasil olahan pabrik di Morowali, menurutnya Oneject juga bisa memperbanyak produksi alat suntiknya. Saat ini baru 1,2 miliar, dengan stainless steel dari Morowali bisa saja naik 5 miliar.
"Sedangkan kebutuhan dunia totalnya ini mencapai 12 miliar jarum suntik," kata Luhut.( RZ/WK)****
No comments:
Post a Comment