INDENPRES MEDIA ISTANA

Thursday, 28 May 2020

Pak Menteri Nadiem, Jadi Juli Beneran Mulai Masuk Sekolah ya?.

Jakarta.--------Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat mengakui tengah menyiapkan skenario masuk sekolah tahun ajaran baru 2020/2021. Dengan syarat, para pelajar SMA/SMK/SLB bisa mengikuti pelajaran di sekolah dengan protokol kesehatan yang maksimal.

Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Dewi Kartika mengatakan, keputusan Dinas Pendidikan Jabar masih menunggu keputusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang saat ini masih menunggu keputusan Tim Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19.

"Pak Menteri Nadiem Makarim ancar-ancar semester awal harus mulai di bulan Juli, tapi pertama kali masuk sekolahnya di tanggal berapa harus nunggu informasi Satgas Covid-19 Pusat," ujar Dewi yang akrab disapa Ike, baru-baru ini, seperti dikutip dari siaran pers Pemprov Jabar, Rabu (27/5/2020).

Kendati demikian, kata Ike adaptasi protokol kesehatan di sekolah harus dikedepankan, terutama untuk pelajar SMA/SMK/SLB di kabupaten dan kota yang menjadi urusan Pemda Provinsi Jabar.

Protokol kesehatan yang akan diterapkan oleh Dinas Pendidikan Jabar akan menjadi pedoman bukan hanya untuk siswa, tapi juga bagi para guru, orang tua, dan siapa saja yang berada di lingkungan sekolah agar tidak tertular virus.

Dalam menentukan SOP di kabupaten dan kota dengan zona penularan covid-19, Dinas Pendidikan Jabar akan tetap mengacu pada data terbaru https://pikobar.jabarprov.go.id/.

Protokol kesehatan di sekolah pada prinsipnya tidak akan jauh berbeda dengan yang sudah ada, yakni dengan jaga jarak (physical distancing) dan pola hidup sehat dan bersih. Namun, pada beberapa poin ada penyesuaian seperti alat pelindung diri tambahan.

Hal yang perlu diwaspadai adalah interaksi siswa sejak dari rumah, dalam perjalanan ke sekolah, di kelas bersama guru, serta interaksi dengan teman-temannya.

"Kita tidak tahu siswa berinteraksi di rumah dengan siapa saja, terus pergi sekolahnya pakai angkot ketemu siapa saja kita tidak tahu. Ini yang harus diantisipasi," kata Ike.

Disdik sebetulnya tidak terlalu khawatir siswa SLTA tertular Covid-19 karena berdasarkan data kelompok usia sekolah paling tahan. Menjadi atensi Ike siswa berpotensi menjadi pembawa virus bagi orang sekitar yang berusia lanjut. Mereka boleh jadi guru sepuh, orang tua di rumah, atau "teman" perjalanan saat menggunakan transportasi publik.


"Anak-anak SMA itu pada kuat, tapi dia bisa menjadi carrier [pembawa] virus. Ini juga perlu jadi perhatian," kata Ike.

Hal lain yang perlu diantisipasi, menurut dia, SOP penanganan jika di sekolah ternyata ada yang positif Covid-19. Meskipun protokol kesehatan Covid-19 di SLTA yang menyusun adalah Pemda Provinsi Jabar, namun yang melaksanakan kabupaten/kota.

"Jika misalnya ada kasus di sekolah, provinsi tidak mungkin datang langsung ke sekolah, harus dari kabupaten/kota karena sekolahnya ada di daerah," ujar Ike.

Ia berharap adaptasi protokol kesehatan di SMA/SMK/SLB ini dapat rampung secepat mungkin agar dapat disosialiasasikan ke kabupaten/kota.

"Kementerian Pendidikan sudah ada plan A, plan B, plan C tapi belum sampai ke kita (Dinas Pendidikan). Insyaallah Jumat ini sudah jelas," kata Ike. (RZ/WK)***

No comments:

Post a Comment