Semarang,
Dinas
Kesehatan Kota Semarang, himbau masyarakat untuk waspada terhadap serangan
berbagai penyakitdi musim hujan dan bawahan banjir. Selain DB, masyarakat juga
perlu mewaspadai penyakit leptospirasis yang dibawa oleh tikus dan dapat
menyebabkan kematian.
Menurut
Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Semarang. Dr Mada
Gautama, menyatakan orang yang terkena virus tersebut biasanya tidak akan
menyadari karena awalnya panas biasa. Tetapi jika selama tiga hari masih panas,
disertai kaku perut sampai terasa keras, kemudian ada gangguan percernaan
seperti mual dan muntah sebaoknya langsung diperiksakan ke fasilitas kesehatan,
jangan diobati sendiri.
dr
Mada juga mengatakan bahwa orang yang terkena leptospisoris pada awalnya tidak
akan merasakan jika virus tersebut telah berada ditubuhnya. Namun, lama
kelamaan penderita akan merasa ada gangguan pencernaan hingga menyerang ginjal.
Untuk
itu, dr Mada mengingatkan masyarakat untuk menggunakan alat pelindung diri terutama
di saat banjir. Misalnya menggunakan sepatu boot dan sarung tangan plastik
untuk menghindari kontak langsung dengan air. Dikhawatirkan air banjir tersebut
tercampur oleh air kencing tikus yang membawa virus leptospirosis. Jika
menemukan tikus matipun, sebaiknya langsung dikubur atau dibakar. Jangan hanya
dibuang pinggir jalan atau perkarangan rumah,
Berdasarkan
data di tahun2013, masyarakat yang terkena leptospirosis tidak hanya di daerah
rawan banjir seperti Kecamatan Semarang Utara. Tetapi daerah dataran tinggi
seperti Kecamatan Candisari dan Tembalang juga menduduki tiga besar kasus
leptospirosis terbanyak. Tercatat, di Tembalang perkirakan 10 kasus dan
Candisari 8 kasus.
Pengobatan
yang dilakukan sendiri mungkin, dapat mencegah virus menyerang ginjal. Selama
tahun 2013, sebanyaknya 72 orang terkena virus tersebut dan 12 diantaranya
meninggal dunia. Pasien meninggal dunia, kebanyakan diakibatkan gagal ginjal.
Selain
itu dr Mada juga mengatakan, Demam Berdarah (DB) masih tetap menjadi penyakit
paling banyak menelan korban sepanjang tahun 2013. Catatan Dinas Kesehatan Kota
Semarang, hingga Desember 2013 jumlah penderita DB mencapai 2.300 kasus atau
dua kali lipat lebih banyak jika dibandingkan pada tahun 2012 yang hanya 1.250
kasus.
Menurut
dr Mada, faktor penyebabnya masih dipengaruhi kondisi cuaca seperti hujan dan
curah hujan yang tinggi.
Kecamatan
itu, lanjut dr Mada, merupakan daerah pinggir dan diluar prediksi. Malahan,
daerah – daerah seperti Kecamatan Semarang Utara, Semarang Timur, Semarang
Barat, Semarang Tengah menjadi daerah dengan jumlah kasus DB paling kecil.
Sedangkan Kecamatan Jangli yang menempati menjadi juara kasus tertinggi, justru
turun secara signifikan setelah ada percobaan nyamuk mandul.
Menurut
dr Mada, jumlah DB masih akan tetap tinggi hingga tahun 2014. Hal itu karena
musim hujan di Indonesia berlangsung hingga April 2014. Pola penyebaran kasus
DB tertinggi masih dipegang Kecamatan Tembalang, Kecamatan Genuk dan Kecamatan
Mijen.
Program
DB belum tutup buku, semuanya masih berjalan. Sedang berupaya melakukan
penyebaran nyamuk mandul untuk daerah-daerah kasus tinggi. Hanya saja belum
bisa dilakukan pada tahun 2014 karena administrasi dan alasan tertentu dari
BATAN ataupun anggaran.
Masalah
lain yang masih menjadi konsentrasi Dinkes Kota Semarang adalah HIV/ AIDS.
Meskipun jumlah kasusnya turun, namun selama tahun 2013 sebanyak 18 orang
positifAids baru dan 396 orang yang terkena HIV baru. Jika seorang ibu hamil
positif terkena AIDS, maka itu merupakan indikator kejadian bahaya. Artinya,
bahaya AIDS sudah menyerang masyarakat luas meskipun diyakini ibu tersebut
tidak berdosa.(***).
No comments:
Post a Comment