INDENPRES MEDIA ISTANA

Thursday, 23 January 2014

WASPADA MUSIM HUJAN PENYAKIT LEPTOSPIRASIS DAN DEMAN BERDARAH (DB0 CUKUP TINGGI.


Semarang,
         Dinas Kesehatan Kota Semarang, himbau masyarakat untuk waspada terhadap serangan berbagai penyakitdi musim hujan dan bawahan banjir. Selain DB, masyarakat juga perlu mewaspadai penyakit leptospirasis yang dibawa oleh tikus dan dapat menyebabkan kematian.
            Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Semarang. Dr Mada Gautama, menyatakan orang yang terkena virus tersebut biasanya tidak akan menyadari karena awalnya panas biasa. Tetapi jika selama tiga hari masih panas, disertai kaku perut sampai terasa keras, kemudian ada gangguan percernaan seperti mual dan muntah sebaoknya langsung diperiksakan ke fasilitas kesehatan, jangan diobati sendiri.
            dr Mada juga mengatakan bahwa orang yang terkena leptospisoris pada awalnya tidak akan merasakan jika virus tersebut telah berada ditubuhnya. Namun, lama kelamaan penderita akan merasa ada gangguan pencernaan hingga menyerang ginjal.
            Untuk itu, dr Mada mengingatkan masyarakat untuk menggunakan alat pelindung diri terutama di saat banjir. Misalnya menggunakan sepatu boot dan sarung tangan plastik untuk menghindari kontak langsung dengan air. Dikhawatirkan air banjir tersebut tercampur oleh air kencing tikus yang membawa virus leptospirosis. Jika menemukan tikus matipun, sebaiknya langsung dikubur atau dibakar. Jangan hanya dibuang pinggir jalan atau perkarangan rumah,
            Berdasarkan data di tahun2013, masyarakat yang terkena leptospirosis tidak hanya di daerah rawan banjir seperti Kecamatan Semarang Utara. Tetapi daerah dataran tinggi seperti Kecamatan Candisari dan Tembalang juga menduduki tiga besar kasus leptospirosis terbanyak. Tercatat, di Tembalang perkirakan 10 kasus dan Candisari 8 kasus.
            Pengobatan yang dilakukan sendiri mungkin, dapat mencegah virus menyerang ginjal. Selama tahun 2013, sebanyaknya 72 orang terkena virus tersebut dan 12 diantaranya meninggal dunia. Pasien meninggal dunia, kebanyakan diakibatkan gagal ginjal.
            Selain itu dr Mada juga mengatakan, Demam Berdarah (DB) masih tetap menjadi penyakit paling banyak menelan korban sepanjang tahun 2013. Catatan Dinas Kesehatan Kota Semarang, hingga Desember 2013 jumlah penderita DB mencapai 2.300 kasus atau dua kali lipat lebih banyak jika dibandingkan pada tahun 2012 yang hanya 1.250 kasus.
            Menurut dr Mada, faktor penyebabnya masih dipengaruhi kondisi cuaca seperti hujan dan curah hujan yang tinggi.
            Kecamatan itu, lanjut dr Mada, merupakan daerah pinggir dan diluar prediksi. Malahan, daerah – daerah seperti Kecamatan Semarang Utara, Semarang Timur, Semarang Barat, Semarang Tengah menjadi daerah dengan jumlah kasus DB paling kecil. Sedangkan Kecamatan Jangli yang menempati menjadi juara kasus tertinggi, justru turun secara signifikan setelah ada percobaan nyamuk mandul.
            Menurut dr Mada, jumlah DB masih akan tetap tinggi hingga tahun 2014. Hal itu karena musim hujan di Indonesia berlangsung hingga April 2014. Pola penyebaran kasus DB tertinggi masih dipegang Kecamatan Tembalang, Kecamatan Genuk dan Kecamatan Mijen.
            Program DB belum tutup buku, semuanya masih berjalan. Sedang berupaya melakukan penyebaran nyamuk mandul untuk daerah-daerah kasus tinggi. Hanya saja belum bisa dilakukan pada tahun 2014 karena administrasi dan alasan tertentu dari BATAN ataupun anggaran.
            Masalah lain yang masih menjadi konsentrasi Dinkes Kota Semarang adalah HIV/ AIDS. Meskipun jumlah kasusnya turun, namun selama tahun 2013 sebanyak 18 orang positifAids baru dan 396 orang yang terkena HIV baru. Jika seorang ibu hamil positif terkena AIDS, maka itu merupakan indikator kejadian bahaya. Artinya, bahaya AIDS sudah menyerang masyarakat luas meskipun diyakini ibu tersebut tidak berdosa.(***).


No comments:

Post a Comment