INDENPRES MEDIA ISTANA

Sunday, 8 March 2020

PUNCAK PERTARUNGAN JOKOWI -JK. Oleh Iyyas Subiakto.


Menarik mengamati karier politik JK, politikus senior yg tetap jaya sejak zaman orba, zaman reformasi sampai kini. Kiprahnya patut diakui bagaimana dia merawat koleganya sekaligus bisnisnya. Dia adalah salah satu orang terkaya di Indonesia, bisnis keluarganya dari mulai kapal, semen, listrik, sekolah, taxi, manufaktur, dst. Dia piawai memainkan ritme antara politik dan usaha. Jadi politikus itu bagus, jadi pengusaha juga bagus, tapi kalau politikus jadi pengusaha, atau pengusaha jadi politikus, dia bisa jadi tikus, itu kata teman saya.

Karena naluri penguasaha adalah mencari celah. Itulah sepertinya yg di jalani JK.

Apakah itu salah, tidak juga, tidak ada yg melarangnya, hanya akhlak yg bicara, itupun kalau masih ada. Karena sulit mengekang nafsu berkuasa, sekaligus menampik peluang usaha. Itu bedanya dia dgn Jokowi, Jokowi pengusaha yg berhenti setelah jadi politisi. Anaknya saja yg punya usaha catering tidak pernah mau menerima orderan pemda. Itu AKHLAK DAN ETIKA. Bukan aji mumpung perut gembung dada membusung.

Didunia politik dan usaha ada kemiripan yg harus di kelola, harus ada kolega di jalurnya. JK begitu digdaya kiprahnya, saat jd wapresnya Sby, sampai banyak yg bertanya sebenarnya siapa presidennya, tapi harus di akui itulah licinnya JK, konon Sby kepayahan di buatnya.

Jeda 5 tahun, kemudian dia masuk lagi menjadi wapresnya Jokowi, siapa yg memasang dia disana, ya sekali lagi atas dorongan koleganya. Karena kalau dia di dalam pemerintahan koleganya bisa selalu dapat bisikan sekaligus bagian usaha yg bisa di makan bersama. Sekali lagi JK memang luar biasa.

Tapi Jokowi bukan Sby, yg bisa di makan di tikungan oleh JK, JK bisa lincah karena kecil, Jokowi bisa licin karena kurus tinggi. Masuknya Anies dan Sudirman Said di kabinet adalah dua ujung tombak JK sebagai pion sekaligus kuncung yg bisa memakan jarak panjang, dia lupa Jokowi adalah kuda yg langkahnya tak mudah di duga. Ingat kasus freeport dan block Masela, begitu taktisnya Sudirman di mainkan, tapi akhirnya kandas tak bernafas. Sudirman dan Anies terhempas. Di skak mat Jokowi.

Adakah JK diam setelahnya, oh tidak, diujung jabatannya dia masih sempat memainkan bagaimana menguasai Jakarta, disana Anies di pasang lagi, yg harusnya Sandi di siapkan Prabowo, tapi hasil negosiasi akhirnya Sandi di kasi upeti kursi wapres yg tak gampang utk di duduki. Upaya menjadikan Anies sebuah usaha penuh resiko, karena menjatuhkan Ahok sang kampiun kerja, jujur, juga sahabat Jokowi itu tak mudah. Sentimen agama di mainkan, MUI ikut berperan, masjid di jadikan mimbar kebencian, dan Aniespun bisa di nobatkan sebagai penguasa baru Ibu Kota dgn APBD 80an triliun, nan menggiurkan, sekali lagi antara politik dan usaha, mana saja diantaranya yg bisa di garap pasti tak ada ruginya.

JK punya Anies, Jokowi punya Ahok, walau sempat di tohok dan di penjara atas rekayasa Ahok tetap digdaya karena pribadinya yg memang mulia, bukan di paksa mulia seperti Anies, dia tetap tak bisa tampil sebagai sosok yg baik, karena dasarnya cuma pintar mengembik, picik dan licik.

Jabatan Gubernur di emban, sekaligus di embat, kiprah awalnya bukan meneruskan kebaikan, tapi malah merusak kebenaran. Siapa yg bisa menolak hasil kerja luar biasa Jokowi-Ahok utk DKI, Balai kota pintunya terbuka utk siapa saja, anggaran belanja bs di akses oleh warga, sampai biaya operasional Gubernur bgt transfaran. Tapi apa daya, bgt Anies masuk Balai Kota, jendela saja di tutup bak rapat darurat, warga tak bisa apa-apa, maka terjadilah anggaran belanja bak kuda gila, triliunan dana negara dibuat bak harta nenek moyangnya, ludes des entah untuk apa.

Seolah tak ada kata urgen buat mereka, program lanjutan di hentikan, pengerukan kali tak di kerjakan lagi, dana pengendali banjir di sunat malah balapan di kedepankan, semua ini bukan mereka tak mengerti, tapi lebih kepada balas dendam kepada Jokowi, mereka mau mencoba mengerjai Jokowi pakai cara Jakarta di rusak dgn di sengaja, sekaligus berniaga, mereka lupa, mereka akan berhadapan dgn rakyat Indonesia, dan nama mereka akan tercoreng semua.

Kenapa kita katakan Anies adalah pasukan JK, lihat saja tim E-Formula, kabarnya ada keluarga Aksa, ada anak Sofyan Wanandi, semua kroni JK, kl saja mereka waras, harusnya mereka melihat kebutuhan Jakarta, banjir harus di tanggulangi, bukan malah di tunggangi. Matinya pompa, dikuranginya anggaran penanggulangan banjir, semua kesengajaan yg menyengsarakan warga.

Jokowi ngirim Basuki, karena dia ngurus yg lebih besar utk Indonesia. Ahok di muliakan, di angkat jd komut Pertamina yg asetnya hampir menyentuh 1000 triliun, dan mega proyek kilang minyak diatas 250 triliun. Kenapa Jokowi pilih Ahok, karena dia amanah, dia bukan buaya pemamah kelas bangke pelepah. Jadi kalau masalah jagoan Jokowi bukan lawannya JK. JK bisa saja jd orang kaya HARTA, Jokowi  juga kaya tapi kayanya di HATI  RAKYAT INDONESIA karena dia berkarya, bukan jadi pedagang yg kerjanya hanya cari uang saja.

Apakah dalam waktu dekat akan reda, belum, 2024 akan lebih ketat, hanya saja apakah Jokowi masih mau terlibat, kalau JK sudah pasti masih berminat, entah siapa lagi yg dia dukung sbg kandidat, karena dia tak akan berhenti sampai dunia kiamat.*****

No comments:

Post a Comment