Foto: Menteri keuangan Sri Mulyani, Komite Stabilitas Sistem Keuangan. ( Kemenkeu RI)
INDENPERS MEDIA ISTANA, JAKARTA----Sejumlah persoalan menjadi perhatian Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang dianggapnya bisa menjadi ancaman besar bagi perekonomian Indonesia dalam beberapa tahun ke depan jika tidak bisa diantisipasi.
Beberapa ancaman bagi ekonomi RI itu mulai dari volatilitas harga yang tidak stabil, potensi aset yang bubble, 'meledaknya' harga komoditas, krisis utang hingga risiko geopolitik.
Tak hanya itu, Menkeu juga menegaskan perlunya Indonesia mewaspadai adanya konsentrasi kekuatan digital atau digital power concentration dan kegagalan keamanan siber (cyber security failure)
Menurutnya, semua ancaman tersebut adalah risiko yang akan dihadapi dunia seperti dirilis oleh World Economic Forum (WEF). Dari risiko yang akan dihadapi negara-negara di dunia dalam jangka pendek, menengah dan panjang.
"Ke depan (jangka pendek) melihat berbagai risiko mulai dari asset bubble, price instability, commodity shock dan debt crisis serta risiko geopolitik," jelasnya.
Menkeu menjelaskan, risiko tersebut sebagai konsekuensi dalam menghadapi dampak dari pandemi Covid-19, di mana pada masa sulit ini yang pasti sangat terlihat adalah penambahan utang di hampir semua negara.
"Setiap kebijakan ada manfaat, tapi ada konsekuensinya dari APBN, fiskal, dan lembaga lain dalam menangani Covid," kata dia.
Sedangkan untuk ancaman risiko di jangka menengah yakni 5-10 tahun ke depan, ada krisis perubahan iklim, sehingga saat ini dalam berbagai forum internasional selalu dibahas mengenai kebijakan untuk memitigasinya.
"Krisis perubahan iklim juga perlu diwaspadai dan munculnya digital power concentration dan cyber security failure," imbuhnya.
Adapun ancaman krisis ini disampaikan Sri Mulyani kepada jajaran eselon I yang baru saja dilantik. Hal ini diharapkan agar para pejabat baru ini bisa melakukan kebijakan untuk mewaspadai risiko tersebut.
"Dinamika inilah yang harus dilihat, diwaspadai dan direspon jajaran Kemenkeu," tegasnya.
Dari sisi proyeksi pertumbuhan ekonomi, sebelumnya, duo lembaga keuangan global yang bermarkas di Washington DC (Amerika Serikat) yaitu Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia kompak memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun ini.
Dalam laporannya yang bertajuk Global Economic Prospects edisi Januari 2021, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun ini sebesar 4,4% atau 0,4 poin persentase lebih rendah dari perkiraan Juni lalu.
Sementara itu IMF juga merevisi turun prospek pertumbuhan output ekonomi Indonesia di tahun ini sebesar 1,3 poin persentase lebih rendah dari proyeksi Oktober 2020. Dalam laporan IMF pertumbuhan PDB RI diramal naik 4,8% tahun ini. ( RZ/WK )***
No comments:
Post a Comment