Foto: Tol Cipali Amblas.
INDENPERS MEDIA ISTANA, JAKARTA-----Ruas tol Cikampek Palimanan KM 122+400 arah Jakarta ambles pada Senin 8 Februari 2021 pukul 16.00. Terlihat ambles cukup dalam dengan keretakan menjulang 40 meter di badan jalan.
Direktur Operasi Astra Tol Cipali, Agung Prasetyo menjelaskan keretakan terjadi akibat intensitas curah hujan yang tinggi, mengakibatkan banyak volume air masuk ke dalam base layer (lapisan dasar) retakan. Ditambah dengan jumlah kendaraan berat yang melintas.
"Kendaraan berat yang melintas banyak karena untuk menghindari banjir di jalur Pantura, menyebabkan keretakan bertambah. Keretakan semakin buruk pada pukul 22.00 sehingga terjadi retakan yang lebih besar," dalam keterangan resmi.
Astra Tol Cipali sudah berkoordinasi dengan Kepolisian untuk rekayasa lalu lintas diberlakukan contra flow 03.00 pagi pada 9 Februari. Hingga saat ini masih dilakukan contra flow untuk mengurangi beban pada jalan dan mitigasi kemacetan.
Perbaikan ruas tol Cipali memakan waktu 1,5 bulan, Astra Tol Cipali selaku operator juga sudah berkoordinasi dengan kontraktor untuk melakukan perbaikan pada bahu jalur 1 dan 2 di KM 122+400.
Astra melalui anak usahanya, PT Astratel Nusantara merupakan pemilik konsesi jalan tol PT Cikopo-Palimanan (Cipali). Astra membeli ruas tol ini dari sejumlah pemegang saham senilai Rp 2,56 triliun.
"Kami sudah berkoordinasi dengan kontraktor untuk melakukan perbaikan jalan pada bahu luar, lajur 1 dan 2 di KM 122+400. Perbaikan diperkirakan memakan waktu 1,5 bulan," kata Agung.
Sedangkan untuk mengurangi beban lalu lintas, akan dibangun jalur sementara di median jalan. Proses ini juga akan memakan waktu hingga 10 hari.
Kepala Pusat Vulkanis dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Andiani mengatakan secara umum lokasi bencana merupakan daerah landai hingga agak curam yang berada di bantaran Sungai Cipunagara dengan kemiringan lereng kurang dari 20 derajat.
"Berdasarkan Peta Geologi Lembar Bandung, Jawa (Silitonga, 1973), daerah bencana tersusun oleh batu pasir tufaan, lempung, dan konglomerat (Qos)," kata Andiani dalam keterangan resmi PVMBG, selasa (10/2).
Ia menyebut ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gerakan tanah di Tol Cipali Km 122. Di antaranya material timbunan yang kurang padu atau mudah tererosi. Pengaruh dari erosi air permukaan (air hujan maupun aliran sungai) di kaki lereng mengingat lokasinya yang berada tidak jauh dari sungai besar.
"Curah hujan yang tinggi menjadi pemicu terjadinya gerakan tanah," ujar Andini.
PVMBG pun merekomendasikan agar badan jalan yang retak dan ambles segera diperbaiki untuk menormalkan kembali lalu lintas. Namun dengan sejumlah catatan.
"Segera menutup retakan dan dipadatkan agar air tidak meresap ke dalamnya yang dapat mempercepat pergerakan tanah. Kemudian, mengarahkan aliran air permukaan agar menjauhi area retakan," tuturnya.(RZ/WK)***
No comments:
Post a Comment