Dia menceritakan di lingkungan Kementerian Keuangan saat hari Ibu, dia mendengarkan banyak cerita dari pegawai perempuannya. Salah satunya adalah pergulatan awal soal sekolah hingga berumah tangga.
"Pergulatan awal 'saya sekolah ngambil jurusan apa atau boleh sekolah enggak sama orang tua, Berumah tangga muncul dilema, hamil atau suaminya tiba-tiba bertanya 'kamu akan tetap bekerja atau tidak'," ujarnya, Minggu (20/12/2020).
Selain itu juga, sejumlah perempuan memiliki pertanyaan apakah harus menikah, atau lebih dulu menikah atau sekolah, hingga memiliki anak. Pemilihan antara keluarga dan karier memang menjadi selalu berkecamuk.
Menurutnya perempuan harus membuat putusan-putusan tersebut dalam hidupnya.
Walaupun begitu, dia menyatakan perempuan jangan cepat menyerah. Dengan halangan yang sangat banyak memang menyerah akan dianggap wajar.
Tapi menurutnya, para perempuan harus bersikap sebaliknya, yakni jangan menganggap wajar soal menyerah.
"Jangan menganggap wajar menyerah. Tidak akan mudah sebagai perempuan," kata dia.
Dia juga mengajak perempuan untuk berpegang pada keinginan dan tidak takut untuk berbeda. Hal ini dialaminya di keluarga yang tidak berprestasi atau sekolah di jurusan ekonomi tidak menjadi dokter atau insinyur seperti saudara-saudara yang lain.
"Ada alasan merasa kalau kalian beda dan kemudian harus tetap menjaga berpegang pada keinginan," ungkap mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.
"So many questions untuk very spesifik perempuan. Even di dunia sering mendudukkan perempuan itu di dalam, tidak selalu jelas haknya. Bahkan salah satunya Bank Dunia membuat inventarisasi, nanti tahu di seluruh dunia lebih dari 150 negara itu punya aturan yang membuat perempuan lebih susah," jelasnya.( RZ/WK )***
No comments:
Post a Comment