INDENPERS MEDIA ISTANA, JAKARTA-----Aksi teror di Mabes Polri yang dilakukan seorang perempuan muda inisial ZA (25), masih perbincangan hangat di tengah masyarakat. Dan salah satu yang dipertanyakan publik, siapa pejabat Polri yang bertanggung jawab atas kebobolan penjagaan itu.
Kendati, peristiwa itu sudah dipaparkan Kapolri Listyo Sigit Prabowo kepada publik. Namun, masih banyak pihak mempertanyakan siapa pejabat Polri yang bertanggung jawab terhadap kebobolan itu.
“Tapi anehnya hingga kini tidak ada tindakan tegas dari Mabes Polri tentang siapa pejabat kepolisian yang bertanggung jawab terhadap kebobolan itu,” tulis Ketua Presidium Ind Police Watch (IPW), Neta S Pane, baru-baru ini.
Lanjut Neta, serangan teroris dari dalam Mabes Polri adalah pukulan telak yang sangat memalukan bagi jajaran kepolisian.
IPW melihat sudah tiga hari peristiwa serangan teroris itu terjadi di Mabes Polri, tapi tidak ada satu pun pejabat kepolisian yang ditindak sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kecerobohan itu, hingga teroris bisa masuk ke Mabes Polri.
Lolosnya teroris ke jantung Markas Besar Polri tak terlepas dari kecerobohan jajaran kepolisian dalam menjaga sistem keamanan di markas besarnya.
Oleh karena itu, IPW melihat, sistem keamanan yang dibangun di Mabes Polri sebenarnya sudah cukup baik. Tapi konsistensi dalam menerapkan protokol keamanan yang tidak ada, dan petugas penjaga cenderung ceroboh. Sehingga teroris terbiarkan masuk dan melakukan serangan dari dalam.
Kemudian, ujar Neta, apa yang terjadi di Mabes Polri adalah pukulan telak buat Kapolri Listyo Sigit Prabowo, di saat Kapolri sibuk konsolidasi ke berbagai eksternal Kepolisian, Markas Besarnya justru kebobolan diserang teroris dari dalam. Ironisnya hingga kini tidak ada tindakan tegas yang dilakukan Kapolri terhadap bobolnya sistem keamanan Mabes polri itu.
Terbukti tegas Neta, hingga kini tidak ada satu pun aparaturnya yang ditindak. Siapa pejabat Polri yang harus bertanggung jawab atas bobolnya sistem keamanan Mabes Polri itu pun menjadi tidak jelas. Seolah-olah kebobolan Markas Besar Polri itu dari serangan teroris adalah hal biasa saja.
Padahal dengan terjadinya serangan teroris di Mabes Polri, akan membuat publik menjadi krisis kepercayaan terhadap kepolisian.
“Publik akan bertanya, bagaimana polisi bisa menjaga dan melindungi masyarakat dari serangan teroris, wong menjaga markas besarnya saja tidak mampu,” pungkas Neta S Pane.
Sebab, saran Neta, Polri perlu mengkonsolidasikan diri dan menindak aparaturnya yang ceroboh agar kepercayaan publik tetap terbangun kepada Kepolisian Republik Indonesia.(RZ/WK )****
No comments:
Post a Comment