INDENPRES MEDIA ISTANA

Friday, 8 July 2022

Campuran Minyak Sawit 35% ke BBM ( B 35) Siap Jalan Juli.



INDENPERS MEDIA ISTANA, JAKARTA----------- Pemerintah berencana mempercepat implementasi penerapan dari biodiesel campuran minyak sawit 30% (B30) menjadi campuran minyak sawit 35% (B35) pada akhir Jul ini. Hal tersebut dilakukan di tengah harga minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) yang beberapa belakangan ini anjlok.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan penerapan B35 dilakukan sebagai upaya pemerintah menolong para petani sawit. Utamanya agar harga tandan buah segar (TBS) sawit petani dapat naik kembali.

"Jadi dalam konteks itu kalau secara dinaikkan demandnya harganya naik, ini dalam rangka menolong TBS nya semakin bagus, sekarang kan turun. Ini kebijakan nasional bukan hanya Kementerian ESDM," ujar Dadan.

Dadan menyampaikan pemerintah sendiri telah melakukan uji lab pada pengembangan campuran minyak sawit 40% (B40) pada beberapa waktu lalu. Sehingga ia optimistis penerapan B35 akan berjalan lancar. Bersamaan dengan penerapan B35, pemerintah juga tengah menyiapkan uji jalan atau road test kendaraan dengan bahan bakar B40.

"Kita sudah uji coba B40 seribu jam di lab. Sudah diuji coba di lab jadi kita punya keyakinan dari sisi itu akan berjalan dengan baik tapi itu belum uji di jalan. Tapi untuk B40 akan kita lakukan uji jalan. Sekarang B35 yang untuk diimplementasikan," katanya.

Untuk diketahui, harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) ambruk di sesi awal perdagangan pada Kamis (7/7/2022). Kini, harga CPO berada di level MYR 3.800/ton dan menjadi yang terendah sejak 9 Juli 2021.

Mengacu pada data Refinitiv, pukul 08:00 WIB, harga CPO diperdagangkan di posisi MYR 3.897/ton atau anjlok 3,9%. Dengan begitu, harga CPO telah turun selama lima hari beruntun. Bahkan, di sepanjang pekan ini, harga CPO drop 20,63%.

Minyak sawit berjangka Malaysia baru- baru ini berakhir ambruk 2,8% ke MYR 4.055/ton (US$917,25/ton) dan menjadi posisi terendah dalam hampir setahun karena meningkatnya kekhawatiran resesi global sehingga menekan laju komoditas.

Selama di perdagangan kemarin, harga CPO sempat ambles hingga 10%, tapi kemudian berhasil memangkas koreksinya setelah Asosiasi Pabrik Kelapa Sawit Semenanjung Selatan (SPPOMA) melaporkan produksi CPO Malaysia periode 1-5 Juli turun hampir 16% dari periode yang sama di bulan sebelumnya.

Menurut Direktur Broker Pelindung Bestari di Selangor Paramalingam Supramaniam bahwa faktor penurunan harga CPO baru-baru ini dipicu oleh peningkatan kuota ekspor CPO Indonesia dan peningkatan produksi dari Indonesia dan Malaysia.

"Kami memasuki bulan-bulan puncak produksi dengan kekhawatiran persediaan akhir membengkak menuju 2 juta ton pada September," tuturnya dikutip dari Reuters.

Senada, Direktur Farm Trade Kuala Lumpur Sandeep Singh mengatakan bahwa kekhawatiran resesi dan jatuhnya harga minyak nabati Dalian China dan minyak mentah berjangka selama dua hari terakhir mendorong aksi jual. Pasalnya, harga CPO sempat melonjak awal tahun ini karena perang Rusia-Ukraina, kini diperdagangkan pada tingkat sebelum konflik. (RZ/WK )****

No comments:

Post a Comment