INDENPERS MEDIA ISTANA, SURABAYA---------Pengolah Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) yang berada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo Surabaya akan diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi), baru- baru ini.
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, mulai mematangkan persiapan untuk penyambutan Presiden Jokowi sesuai protokol kesehatan (prokes).
Selain dihadiri Presiden Jokowi, peresmian itu rencananya juga bakal dihadiri beberapa menteri.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya Anna Fajriatin mengatakan, pihaknya telah menyiapkan segala keperluan sebelum hari H peresmian.
Persiapan ini tentunya telah disesuaikan dengan protokol kesehatan.
"Pak Presiden juga ingin melihat secara langsung, jadi mulai dari marketnya. Kemudian ada penjelasan singkat terkait pengolahan sampah menjadi listrik ini, mungkin sebelum masuk ke area tenda atau tempat acara," kata Anna.
Setelah mendapat penjelasan singkat terkait PSEL Benowo, pihaknya kemudian mengajak Presiden menuju lantai 3 dan lantai 6.
Di lantai 3 sendiri, Presiden dapat melihat langsung bagaimana proses mesin bekerja mengolah sampah menjadi listrik.
Jadi, proses mesinnya itu bagaimana, berapa jumlah tonasenya, berapa jumlah listrik yang dihasilkan. Jadi, bisa kelihatan di dalam layar," ujar Anna.
Bahkan, kata Anna, di lantai 3 juga dapat melihat langsung suasana di luar area PSEL.
Seperti, bagaimana dump truk bekerja mengangkut hingga menurunkan sampah ke waste pit, sebelum dimasukkan ke dalam mesin turbin untuk proses menghasilkan listrik.
"Nah, bagaimana caranya kita bisa melihat listrik itu. Jadi memang, di situ kan ada cerobong, kalau cerobongnya sudah berwarna putih itu berarti pembakarannya sempurna, dan itu menggunakan teknologi yang ramah lingkungan," tutur Anna.
Ia menuturkan, pembangunan PSEL Benowo ini dimulai sejak tahun 2012 menggandeng PT Sumber Organik (SO).
Saat itu, proses mengolah sampah menjadi listrik masih menggunakan metode landfill gas power plant.
"Dengan metode ini, PSEL mampu menghasilkan energi listrik 2 megawatt dari 600 ton sampah per hari," ujar dia.
Seiring berjalannya waktu, kemudian di tahun 2015, pemkot yang bekerja sama dengan PT Sumber Organik mulai menggunakan metode Gasification Power Plant untuk mengolah sampah menjadi listrik.
Target awalnya, kata Anna, di tahun 2020 melalui metode ini sudah dapat mengolah sampah menjadi listrik.
Namun, karena adanya pandemi Covid-19, sehingga proses komisioning atau pengujian oleh tim ahli dari luar negeri mundur dilakukan.
"Sebetulnya targetnya tahun 2020, tapi karena kondisi Covid-19 sehingga untuk komisioning dengan mendatangkan tim ahli dari luar negeri ke Indonesia jadi mundur. Alhamdulillah tanggal 10 Maret 2021 kemarin sudah proses. Jadi, sudah bisa menghasilkan listrik 9 Megawatt dari setiap 1.000 ton sampah per hari," kata dia.
Ia menyebut, listrik yang dihasilkan dari pengolahan sampah ini kemudian menjadi kewenangan Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Sebab, PT Sumber Organik yang bekerja sama dengan PLN terkait listrik yang dihasilkan tersebut.
Adapun pemkot bekerja sama dengan PT Sumber Organik dengan konsep 'bangun guna serah' (built operate and transfer) selama 20 tahun.
"Jadi, nanti tahun ke 20 atau di tahun 2032, semua (alat) ini menjadi milik pemkot dengan kondisi 85 persen. Artinya, mesinnya, semua peralatan pengolahan sampah ini dalam kondisi baik dan menghasilkan listrik dalam kondisi baik," kata dia.
Secara sederhana, Anna menuturkan bagaimana metode gasification power plant ini mampu mengolah sampah menjadi listrik. ( RZ/ WK )*****
No comments:
Post a Comment