INDENPERS MEDIA ISTANA , JAKARTA --------Dana Moneter Internasional (IMF), Presiden Joko Widodo (Jokowi), dan Menteri Keuangan Sri Mulyani telah membeberkan proyeksi suram terkait dengan prospek ekonomi global pada tahun 2023.
Tidak tanggung-tanggung, IMF menyematkan istilah 'gelap signifikan' dalam proyeksinya.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgi, mengungkapkan perang Rusia dan Ukraina menjadi pemicu utama. Kondisi ini telah mengerek laju inflasi global sehingga meningkatkan angka kemiskinan dan memperluas bencana kelaparan.
"Ini akan menjadi 2022 yang sulit, dan mungkin 2023 yang lebih sulit, dengan peningkatan risiko resesi," tulis Georgieva, dilansir oleh AFP.
Dampaknya, IMF harus memangkas proyeksi pertumbuhan global, menjadi 3,6 persen.
"Kami memperingatkan ini bisa menjadi lebih buruk mengingat potensi risiko penurunan ... beberapa dari risiko itu telah terwujud dan berbagai krisis yang dihadapi dunia semakin meningkat," katanya.
"Prospeknya tetap sangat tidak pasti ... yang termiskin akan terkena dampak paling parah," tambahnya seraya menyebut ketidakstabilan sosial juga akan terjadi.
Georgieva menambahkan tugas dunia yang terpenting saat ini adalah memerangi lonjakan harga.
Selain itu, langkah untuk mengimbangi dampak perang dan pandemi menjadi prioritas utama. Hal ini bisa ditangani dengan mengucurkan bantuan keuangan multilateral dan mengurangi beban utang.
"Mengurangi utang adalah kebutuhan mendesak, terutama di negara berkembang dan berkembang dengan kewajiban dalam mata uang asing yang lebih rentan terhadap pengetatan kondisi keuangan global," jelas Georgieva.
Pertumbuhan Ekonomi
IMF telah memberikan peringatan bagi ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat (AS), Selasa. Lembaga itu menyebut resesi semakin sulit untuk dihindari oleh Washington.
Dalam sebuah rilis, IMF memangkas perkiraan pertumbuhan AS 2022 menjadi 2,3%, dari sebelumnya 2,9% yang dirilis akhir Juni. Karena data terbaru menunjukkan melemahnya belanja konsumen.
IMF juga memangkas perkiraan pertumbuhan PDB riil 2023 menjadi 1,0% dari 1,7% pada pengumuman 24 Juni. Pemangkasan ini dilakukan ketika lembaga itu bertemu dengan pejabat AS untuk penilaian tahunan kebijakan ekonomi AS.
Peringatan dari Jokowi
Ancaman kegelapan pada ekonomi global pun telah dibaca oleh Presiden Jokowi. Dia menegaskan bahwa dunia tengah menghadapi kondisi yang sulit karena berbagai konflik geopolitik yang terjadi saat ini.
"Memang dunia pada posisi yang tidak mudah, pada keadaan yang sangat sulit," kata Jokowi, dalam sambutan di Silatnas dan Ultah ke-19 Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat di Sentul, Bogor, Jumat (5/8/2022).
"Terus, kemudian seperti apa? Tahun depan akan gelap," cerita Jokowi.
Namun, Jokowi berupaya meluruskan bahwa hal ini tidak akan dialami Indonesia. "Ini bukan Indonesia. Ini dunia. Hati-hati. Bukan Indonesia yang saya bicarakan tadi!"
Kendati bukan Indonesia, efek dari ancaman suramnya ekonomi global dapat mempengaruhi kondisi perekonomian dalam negeri. Bahkan, RAPBN 2023 yang tengah disiapkan pemerintah, telah mengakomodir risiko guncangan dari faktor eksternal tersebut.( RZ/WK )***
No comments:
Post a Comment