INDENPERS MEDIA ISTANA, JAKARTA, ---------Pesta 'durian runtuh' akibat lonjakan harga komoditas internasional diramal akan selesai pada 2023 mendatang. pemerintah Indonesia harus bersiap mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru.
Dalam dua tahun terakhir, lonjakan harga komoditas memberikan andil atas lonjakan ekspor. Hingga neraca perdagangan mencapai surplus selama 24 bulan berturut-turut. Ekspor pun turut membantu ekonomi pulih dari pandemi covid-19.
Akan tetapi, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan harga komoditas akan kembali melandai pada 2023. Baik itu minyak dunia, batu bara, nikel, bauksit hingga minyak kelapa sawit alias CPO.
Pemerintah, kata Sri Mulyani sudah mengantisipasi dengan lebih dulu dengan berbagai kebijakan agar tidak ada ketergantungan terhadap ekspor apalagi komoditas.
"Transformasi ekonomi kita akan didorong agar sumber pertumbuhan bisa dijaga seimbang," ujarnya dalam rapat kerja dengan komisi XI DPR, baru-baru ini.
Ekspor adalah komponen yang masuk dalam kategori eksternal. Sementara domestik yang selama ini lemah harus diperkuat lewat berbagai kebijakan. Apalagi konsumsi rumah tangga memegang porsi terbesar yaitu 54,4% dan investasi 30,8%
"Selama 2 tahun terpukul pandemi, harus bisa tumbuh cukup tinggi, idealnya di atas 5% investasi di atas 6% tumbuh," jelas Sri Mulyani.
Kebijakan yang diancang terlihat dari UU Cipta Kerja, UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP) dan UU Harmonisasi Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD). Di samping itu juga ada sederet reformasi di sektor keuangan dan kemandirian energi dan pangan.
"Maka kita berharap Indonesia, mampu terus melanjutkan pembangunan meski kondisi global tidak selalu aman dan stabil," tegasnya.(RZ/WK)***
No comments:
Post a Comment