INDENPERS MEDIA ISTANA JAKARTA,----------- Pemerintah melalui perusahaan migas pelat merah PT Pertamina (Persero) pada tahun depan bakal menghapus Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis oktane 88 (RON 88) atau bensin Premium. Penghapusan bensin premium itu menjadi momentum supaya masyarakat bisa beralih menggunakan BBM yang lebih ramah lingkungan.
Yang dimaksud BBM lebih ramah lingkungan adalan BBM Ron 90 yakni Pertalite maupun Ron 92 yaitu Pertamax. Lalu apakah dengan dihapusnya bensin Premium akan menahan harga Pertalite dan Pertamax?
Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama buka suara soal ini, bahwa saat ini ketentuan mengenai harga tergantung kepada pemerintah. Hal itu meskipun Pertalite dan Pertamax merupakan BBM non penugasan pemerintah.
Seperti yang diketahui, bahwa dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 2007 tentang Energi, yakni Pasal 7 Ayat 1 menyebutkan bahwa harga energi ditetapkan berdasarkan nilai keekonomian berkeadilan.
Sejatinya dengan UU itu, Pertamina bisa menjalankan aksi korporasi dengan bisa menentukan harga BBM sesuai dengan keekonomiannya seperti bensin Pertalite maupun Pertamax.
"Kenaikan tergantung pemerintah. Seluruh harga BBM (jadi keputusan pemerintah)," terangnya.
Seperti diketahui, saat ini harga bensin Pertamax milik Pertamina dibanderol Rp 9.000 per liter. Sementara kompetitor lainnya seperti Shell misalnya membanderol harga benis Super atau RON 92 seharga Rp 12 ribuan (pada November 2021).
Ahok menyatakan, jika mau melihat harga keekonomian BBM, bisa dilihat dari kompetitor Pertamina. "Lihat saja harga BBM di SPBU non Pertamina. Itu harga pasar yang sesungguhnya," terang Ahok.
Mengingat harga bensin Pertamax yang tidak sesuai keekonomian itu, Ahok mengatakan bahwa sebagai BUMN Pertamina harus mengikuti arahan dari pemerintah khususnya penetapan harga Pertamax ini. "Itu tugas Pertamina sebagai BUMN," tandas Ahok
Yang terang, jika tahun depan BBM jenis Premium dihapus untuk BBM Pertalite masih ada. "Intinya Pertalite ada di tahun depan," ungkap Ahok baru- baru ini.
Berdasarkan data Pertamina, penjualan Premium pada Oktober 2021 juga hanya tinggal 2% dibandingkan total penjualan BBM perseroan.
Adapun kontribusi terbesar yakni Pertalite dengan porsi sebesar 50%, kemudian disusul gasoil (diesel/Solar) sebesar 33%, kemudian Pertamax (RON 92) 13%, dan Pertamax Turbo 1%.
Sebelumnya, Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Soerjaningsih mengungkapkan, saat ini pemerintah tengah menyusun road map BBM ramah lingkungan, di mana nantinya Pertalite juga akan digantikan dengan BBM yang kualitasnya lebih baik.
"Dengan road map ini, ada tata waktu di mana nantinya kita akan menggunakan BBM ramah lingkungan. Ada masa di mana Pertalite harus dry, harus shifting dari Pertalite ke Pertamax," ujarnya baru- baru ini. ( RZ/WK )****
No comments:
Post a Comment