INDENPRES MEDIA ISTANA

Wednesday 21 August 2019

Perbedaan Jumlah PSK Di Lokalisasi Sunan Kuning Versi Kadinsos Dan Ketua Resosialisasi Argorejo Semarang.


Semarang. Jawa Tengah  - Ketua Resosialisasi Argorejo atau lokalisasi Sunan Kuning, Suwandi membantah data yang diedarkan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Semarang Muthohar.
Data yang dibantah yakni jumlah pekerja seks komersial (PSK) atau wanita pekerja seks (WPS) yang mendapat tali asih.
Kepala Dinas Sosial Kota Semarang menyebut jumlah PSK atau WPS di Lokalisasi Sunan Kuning yakni 441.
Namun, menurut Suwandi, jumlah PSK di Lokalisasi Sunan Kuning yang mendapat dana tali asih yakni 449 bukan 441 seperti yang disebutkan oleh Dinas Sosial Kota Semarang.

Lebih lanjut, Suwandi menyampaikan total jumlah WPS di Sunan Kuning secara real, ada 475 WPS.

Namun, dari jumlah tersebut telah dikurangi karena ada WPS yang pulang kampung serta telah meninggal dunia, sehingga saat ini berjumlah 449.
“Kadinas Sosial Kota Semarang itu salah sebut, bukan 441 tapi 449. Sehingga, kami harapkan apa yang disampaikan di media itu harus benar. Karena, kita harus ingat pertemuan Kamis tanggal 15 Agustus lalu, saya tanda tangan di Kantor Dinas Sosial, jumlah WPS ada 449 bukanlah 441," tegas Suwandi, baru-baru ini.
Selain jumlah WPS yang keliru, Suwandi juga menyebutkan jumlah nominal tali asih yang diberikan ke WPS, hingga saat ini, belum ada kejelasan.
Lebih lanjut, kata Suwandi, jika jumlah nominal tali asih yang hingga kini belum diinformasikan itu, menganggu psikologi para WPS, lantaran Lokalisasi Sunan Kuning telah ditutup.
“Para WPS ini menunggu kepastian, nominal tali asih, yang sampai saat ini belum juga ada kejelasannya. Terakhir, kami diberitahu, jumlah tali asih yang diberikan per WPS Rp 10,5 juta. Itupun, WPS yang tercatat masih hidup, sedangkan WPS yang meninggal tidak dapat, karena tidak terdata, padahal mereka memiliki keluarga yang ditinggalakan,” bebernya.

Tidak hanya berapa jumlah nominal, melainkan juga kapan tali asih itu diberikan.
“Mereka yang punya hutang dan tanggungan keluarga, tentu was-was, kapan tali asih itu akan diberikan, seiringan dengan ditutupnya tempat mereka bekerja. Sehingga para WPS ini terombang-ambing. Janganlah pemerintah menutup-nutupi kapan lokalisasi ini akan ditutup, agar jelas,” sebutnya.

Adapun Suwandi juga meluruskan adanya jumlah WPS di Sunan Kuning yang ditambah dengan Lokalisasi Gambilangu.
Di mana jumlah WPS di Sunan Kuning, berjumlah 355, itu tidaklah benar.
“Bagaimana jumlah WPS kami 355 sedangkan angka sebenarnya 475 yang dikurangi WPS meninggal dan pulang kampung menjadi 449. Kami tegaskan, jumlah WPS 355 itu adalah jumlah WPS kami yang tercatat dalam pelatihan yang digelar Dinsos Semarang. Dan itu dipukul rata, jelas iti salah. Adalagi, pelatihan hanya 5 hari, sedangkan cara pemasaran produk pun tidak rutin, bagaimana bisa diklaim jumlah WPS kami,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Suwandi menyatakan, janganlah pemerinta itu menyampaikan hal yang salah, apalagi data di berbagai media. Suwandi mengungkapkan, mestinya pemerintah bisa melihat kasus ini dengan dalam.
“Dengan begitu, kami tidak akan merasa terombang-ambing, karena ketidakjelasan ini. Sampaikan kepada kami, berilah kami kepastian dan kejelasan, karena ini juga menyangkut nasib anak asuh saya,” ungkapnya.
Sementara itu, diungkapkan oleh, Ketua LSM Lentera Asa, yang juga pendamping WPS, Ary Istiadi, bahwa, untuk perlu dicatat, dengan adanya akan ditutupnya Lokalisasi Sunan Kuning menganggu psikologi para WPS.****

No comments:

Post a Comment