INDENPERS MEDIA ISTANA, JAKARTA, ---------Harga anakan ayam (day old chicken/ DOC) final stock perlahan mengalami kenaikan. Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) Achmad Dawami mengatakan, hal itu dipicu lonjakan harga pakan ternak.
Menurut Dawami, dalam setahun terakhir, sudah terjadi kenaikan harga pakan ternak sekitar 20-30%. Yang berdampak pada kenaikan biaya produksi.
"Harga pakan itu naik pelan-pelan, sekarang sudah Rp8.300 per kg. Harga jual DOC sekarang Rp7.000 - 8.200, per ekor,"kata Dawani, baru- baru ini.
Hanya saja, lanjut dia, lonjakan harga pangan tidak otomatis dibebankan ke harga DOC.
"Ada faktor permintaan. Kalau dibilang berdampak ke kenaikan harga produksi, iya. Karena biaya pakan itu 60-65% untuk ayam broiler, dan 70% untuk ayam petelur," jelas Dawami.
Sementara itu, Kementerian Pertanian belum merespons upaya konfirmasi terkait tren kenaikan harga DOC. Sementara harga jual live bird di kandang menurut peternak di bawah biaya produksi.
Damawai menambahkan, saat ini juga pemerintah tengah melakukan penyeimbangan supply dan demand. Melalui afkir telur atau cutting hatching egg (HE).
"Supaya ada keseimbangan antara suplai dan demand DOC. Tahun 2021, ada sekitar 18% calon anakan ayam harus di-cutting. Dan, prosesnya masih berlangsung sampai sekarang. Ini akan berdampak ke harga," tuturnya.
Sebab, lanjutnya, secara teori prognosa BPS menunjukkan, produksi final stock tahun ini pun masih ada kelebihan hingga 20%.
"Untuk menjaga supaya harga tidak hancur-hancuran, agar peternak tidak alami kerugian, pemerintah melakukan penyesuaian. Apalagi pandemi ini benar-benar menghancurkan demand," katanya.
Peternak memanen telur ayam di peternakan kawasan Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat, Selasa (18/2/2020). Pemerintah resmi menaikkan harga acuan daging dan telur ayam ras untuk mengimbangi penyesuaian tingkat harga di pasar yakni harga telur ayam di tingkat peternak dinaikkan dari Rp18 ribu-Rp20 ribu per kg menjadi Rp19 ribu-Rp21 ribu per kg sedangkan daging ayam ras dinaikkan dari Rp18 ribu-Rp19 ribu per kg menjadi Rp19 ribu-Rp20 ribu per kg. Lukman 45 tahun Peternak mengatakan kenaikan harga tersebut sebagai hal yang positif. Sebab, bila tidak hal itu tentu dirasakan merugikan. Pasalnya, saat ini nilai tukar dolar terhadap rupiah tengah menguat dan mempengaruhi berbagai hal, termasuk biaya transportasi.
Dia menambahkan, untuk tahun 2021, diperkirakan ada 3,6 miliar ekor ayam final stock. Dan dengan afkir, diperkirakan berkurang jadi 2,9 miliar ekor. Dengan perhitungan, cutting HE mencapai 700 jutaan butir telur.
Tahun 2022, prognosa final stock juga masih diprediksi berada di angka 3 miliaran ekor.
"Makanya, pengurangan (afkir) harus dianalisis sebulan sekali. Apalagi, kita tidak bisa menduga pandemi ini. Kemarin pemerintah bilang soal puncak Covid-19, ini harus puncaknya diantisipasi dan dikontrol segera. Karena akan berdampak pada harga di bulan Maret nanti," ujarnya.(RZ/WK)***
No comments:
Post a Comment