INDENPERS MEDIA ISTANA, JAKARTA---------- Sekretaris Majelis Syuro Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Ma'arif menyebut Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kerap mengkritik terkait aksi massa yang digelar pihaknya. Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor DKI Jakarta Muhamad Ainul Yakin meminta PA 212 tidak reaktif dan marah saat menerima nasihat.
"Semakin reaktif mereka terhadap himbauan baik seperti yang disampaikan PBNU terkait dengan politik identitas menunjukkan kelompok-kelompok yang mungkin memang senang jika negara gaduh dan sesama anak bangsa berantem," ujar Yakin baru- baru ini.
Ainul Yakin meminta agar pihak PA 212 tak merasa paling benar dan hebat. Menurutnya kegaduhan hanya akan merugikan, ia juga menyebut energi yang dimiliki sebaiknya diarahkan pada hal produktif.
"Tidak usah merasa paling benar dan paling hebat, membuat kegaduhan hanya akan merugikan kita semua, apalagi jika sampai menciderai rasa persaudaraan antar anak bangsa," kata Ainul Yakin.
Selain itu Ainul Yakin juga menyebut pihaknya berkomitmen menjaga kerukunan di Jakarta. Sehingga ia mengajak seluruh pihak untuk menjaga kedamaian bersama menjelang tahun politik.
"Ansor DKI Jakarta akan terus berkomitmen merawat kerukunan dan kedamaian di Jakarta ini, kami mengajak seluruh pihak menjelang tahun politik ini menahan diri dan tidak membuat ucapan atau gerakan yang memicu kegaduhan. Berapapun harganya akan kami bayar untuk menjaga stabilitas di Jakarta," tuturnya.
Diketahui sebelumnya Slamet Ma'arif menyebut Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kerap mengkritik terkait aksi massa yang digelar pihaknya. Slamet menyikapi kritik tersebut dengan peribahasa 'anjing menggonggong, kafilah berlalu'.
"Kan dari dulu PBNU itu kalau kita yang aksi dibilangnya politik-politik begitu. Emang 'lagu'-nya dari dulu. Padahal NU sendiri yang selama bermain politik," kata Slamet baru - baru ini.
Slamet mengklaim aksi PA 212 digelar demi kepentingan publik. Selain itu, aksi dilakukan untuk mengkritisi dan mengingatkan pemerintah terkait kebijakan yang telah diambil.
"Setiap ada kebijakan pemerintah yang memang membahayakan negara, termasuk UU yang soal Omnibus Law, kemudian kenaikan BBM yang sekarang itu, kita pasti turun. Kita sebetulnya memang gerakan moral, untuk menjadi pengingat pemerintah, mengkritisi kebijakan pemerintah supaya tidak semena-semena," ujarnya.
Menurut Slamet, NU tak paham dengan maksud dari aksi yang digelar PA 212. Dia lalu mengatakan ada sejumlah gerakan massa yang melakukan unjuk rasa, bukan hanya PA 212. {RZ/WK)****
No comments:
Post a Comment