INDENPERS MEDIA ISTANA, JAKARTA----------- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengkhawatirkan banyak hal di dunia yang bisa mengganggu perekonomian dalam negeri. Mulai dari China, Rusia dan Ukraina hingga Amerika Serikat (AS).
"China lockdown lama untuk kota sebesar Shanghai," ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Kamis (19/5/2022)
Kini China alami perlambatan ekonomi, bahkan lebih buruk dari yang diperkirakan banyak analis. Ekonomi hanya mampu tumbuh 4,8% selama kuartal I-2022. Penjualan ritel turun 11,1% (year on year/yoy) pada April 2022. Selanjutnya produksi industri turun 2,9%. Khusus dalam sektor manufaktur, ada penurunan 4,6% yang dipengaruhi anjloknya penjualan otomotif dan peralatan.
China yang merupakan mitra dagang utama Indonesia akan memberikan dampak negatif dalam waktu dekat. Khususnya dalam pasokan bahan pangan dan konsumsi lainnya.
Selanjutnya persoalan perang Rusia dan Ukraina yang belum tampak titik terang. Dampaknya dirasakan banyak negara, termasuk Indonesia. Mulai dari lonjakan harga energi yang memicu kenaikan inflasi.
"Tadinya para pembuat kebijakan terutama di sisi moneter menganggap inflasi temporer karena demand cepat supply tertinggal bentar. Namun diharapkan supply akan mengejar, makanya seluruh dunia kebijakan moneter tertinggal dengan tidak menaikan suku bunga acuan tahun lalu," jelasnya.
"Namun dengan perang Ukraina dan menimbulkan risiko terhadap pasokan energi dan pangan dan kemudian terjadi sanksi ekonomi menyebabkan disrupsi sisi supply tidak temporer tapi cenderung permanen," tambah Sri Mulyani.
Beberapa negara kini mengejar ketertinggalan itu dengan agresif dalam kenaikan suku bunga acuan. Sehingga berdampak besar terhadap pergerakan pasar keuangan global.
Salah satunya AS yang sudah menaikkan suku bunga acuan beberapa kali. Melihat kondisi perekonomian AS, Bank Sentral diperkirakan melanjutkan kebijakan hingga tahun depan.
"Ini perubahan yang luar biasa," pungkasnya.(RZ/WK)***
No comments:
Post a Comment