INDENPRES MEDIA ISTANA

Tuesday 31 May 2022

RI Dihantui Resesi dan Stagflasi, Sri Mulyani Was-Was. Itu Suatu Tantangan Kerja.



INDENPERS MEDIA ISTANA, JAKARTA----------- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai ketidakpasatian dan pelemahan ekonomi global seperti terjadinya potensi resesi dan stagflasi akan menjadi perhitungan pemerintah dalam asumsi makro pada tahun depan.
"Ketidakpastian global harus masuk perhitungan pemerintah dan DPR, pelemahan ekonomi global seperti resesi dan stagflasi dan juga geopolitik," jelas Sri Mulyani dalam konferensi pers di Gedung DPR, Selasa (31/5/2022).

Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, bahwa asumsi pertumbuhan ekonomi pada 2023 berada pada rentang 5,3% hingga 5,9%. Asumsi tersebut dipengaruhi adanya faktor positif dan downside risk atau risiko ke bawah.

Di mana faktor positif yakni kenaikan komoditi di satu sisi menimbulkan penerimaan negara dan juga mendorong investasi di Indonesia, seperti yang terjadi di tahun 2011 hingga 2012.

Kendati demikian, kenaikan komoditas juga menimbulkan tekanan inflasi yang harus diwaspadai.

Oleh karena itu, Sri mulyani menjelaskan bahwa APBN akan tetap menjadi shock absorber untuk melindungi rakyat dari pandemi, menjaga masyarakat dari penurunan kesejahteraan akibat kehilangan pekerjaan, melindungi dan memulihkan dunia usaha, terutama usaha kecil menengah, serta melindungi dan menjaga stabilitas sistem keuangan.

"Dengan konsekuensi memang belanja untuk subsidi kompensasi meningkat, namun fokus belanja akan diberikan kepada perlindungan masyarakat, menjaga daya beli, menjaga momentum ekonomi, dan juga tetap menjaga kesehatan APBN atau konsolidasi fiskal," jelas Sri Mulyani.

Lebih lanjut, postur APBN tahun 2023 tidak bisa terlepas dari asumsi-asumsi yang mendasarinya. Munculnya pandemi, kata Sri Mulyani sangat memengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi.

Inflasi, nilai tukar, harga minyak, dan kenaikan suku bunga juga harus tetap diwaspadai.

Di sisi lain, perubahan geopolitik dengan terjadinya perang di Ukraina dan adanya hubungan eskalasi yang meningkat antara Blok Barat dengan Rusia atau dengan RRT menjadi faktor ketidakpastian baru pada tahun depan.

"Dinamika inilah yang harus dijadikan salah satu faktor yang akan mempengaruhi postur APBN dan kebijakan ekonomi makro pokok-pokok kebijakan fiskal kita tahun 2023," ujarnya.

Baca: Sri Mulyani Mulai Cemas: 2 Momok Ini Bikin Utang RI Melejit
Berikut rincian asumsi makro RAPBN 2023:

- Pertumbuhan Ekonomi : 5,3%-5,9%

- Inflasi : 2%-4%

- Nilai tukar : Rp 14.300 - Rp 14.800

- Suku bunga SUN 10 tahun : 7,34% - 9,16%

- Harga minyak mentah RI : US$ 80 - 100 per barrel

- Lifting minyak : 619-680 ribu barel per hari

- Lifting gas : 1.002-1.110 ribu barel setara minyak per hari.(RZ/WK)****"

No comments:

Post a Comment