INDENPRES MEDIA ISTANA

Wednesday 19 March 2014

JOKOWI JADI CAPRES YES-YES.

Semenjak Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, akhirnya memgumumkan Calon Presiden yang akan diusung pada pemilihan Juli 2014 mendatang. Meski sempat diwarnai isu penolakan dari sebagian kader banteng, Joko Widodo yang biasanya disebut Jokowi, tetap menjadi pilihan Megawati Soekarno Putri. Hampir semua partai selain PDI Perjuangan, belum ada yang berkomentar miring. Hanya Ruhut Sitompol, yang seperti biasa masih saja nynyir pada Jokowi. Keputusan itu disambut gegap gempita di banyak sektor. Di dunia maya, keputusan itu sempat menjadi trending topic twitter dan tema utama obrolan di sejumlah situs jejering social. Pencalonan Jokowi juga langsung direspon positif di lantai bursa serta mampu mendongkrak nilai tukar rupiah.
Saat ini dan ke depan, Jokowi hanya perlu memasukkan strategi peningkatan popularitas pada aline kedua, strategi pemenangannya. Upaya membangun popularitas sudah sedemikian baik dilakukan Jokowi sejak sebelum Jokowi resmi menjadi calon gubenur DKI Jakarta, dan terus terbangun hingga saat ini. Harapan sang bunda agar anaknya terhindar dari fitnah adalah poin penting, yang tidak saja harus masuk dalam doa, tapi juga harus menjadi alinie pertama dalam strategi Jokowi. Utamanya, dalam kurun waktu antara pengumuman pada tanggal 14 Maret hingga pencoblosan Pilpres, pada bulan Juli mendatang Ibunda Jokowi, Sudjiatmi Notomihardjo ( 72 ), juga tidak berlebihan menyambut keputusan penting dari Lenteng Agung. Seperti biasanya, bundanya hanya meminta putranya berhati-hati menjaga amanat dan terus berdoa pada Sang Maha Kuasa, agar selalu diberi kekuatan dan terhindar dari fitnah. Hanya dengan mempertahankan nilai itu saja, mantan Wali Kota Solo sudah bias duduk di kursi presiden periode 2014- 2019. Popularitas Jokowi hanya bisa turun pelan atau drastis, bila Jokowi dan timnya tdak mampu menghindari fitnah atau sejumlah upaya pengungkapan keburukan Jokowi. Padahal, bisa saja ada orang-orang musuh politiknya yang sedang menyiapkan amunisi “ fitnah “ atau semacamnya berkaliber besar yang akan diluncurkan para penembak jitu, sehingga akan menjadi serangan mematikan bagi Jokowi. Dan dalam soal ini penghindaran fitnah atau semacamnya, Jokowi belum teruji. Selama ini. Belum ada serangan mematikan yang dialamatkan pada Jokowi sebagai medan latihan menghadapi Pilpres. Bisa jadi pula, amunisi itu tidak hanya ditembakkan dari satu sudut dan mengenai satu bagian tubuh popularitas Jokowi, tapi muncul dari berbagai sudut. Bila di saat pergi ke Jakarta dari Solo sangatlah lancer, tentu tidak demikian saat Jokowi harus berangkat dai Balaikota menuju Istana Merdeka. Situasi politik dan masyarakat, komposisi kekuatan politik yang melingkupinya benar-benar bebeda antara di DKI dan di Solo. Satu di antara amunisi yang bisa saja dilontarkan sejumlah penembak jitu adalah soal “ colong playu “ dari DKI Jakarta, seperti yang pernah dilakukannya saat mencalonkan diri sebagai gubenur DKI yang juga colong playu dari Solo. Karena itu, Jokowi butuh seperangkat “ rompi anti peluru “ yang benar-benar tidak bisa tertembus oleh berbagai jenis amunisi fitnah. Dan satu di antara bahan rompi yang paling mujarab adalah , spirit Bantaran Kali Anyar Solo, Tempat Jokowi mendapatkan banyak inspirasi saat bercengkrama dengan wong cilik, semasa masih menjadi Wali Kota Solo.(***).

No comments:

Post a Comment