INDENPERS MEDIA JAKARTA---------- Media asing kembali menyorot ibu kota baru Indonesia, Nusantara. Kali ini media Prancis, AFP.
Dalam artikel "New Indonesia capital imperils ancient Eden with 'ecological disaster'", media itu memaparkan bagaimana Nusantara akan menggantikan Jakarta yang terancam tenggelam dan "tercemar" karena politik.
"Namun perjalanan .. ke bentangan hijau luas titik nol Nusantara mengungkapkan skala potensi dampak ibu kota baru terhadap kawasan keanekaragaman hayati yang menjadi rumah bagi ribuan spesies hewan dan tumbuhan," tulis media itu, dimuat Jumat (6/1/2023).
Dengan menyorot pencinta lingkungan, media tersebut memperingatkan pembangunan kota metropolis baru akan mempercepat penggundulan hutan. Padahal hutan Kalimantan adalah salah satu bentangan hutan hujan tropis terbesar dan tertua di dunia, diperkirakan berusia lebih dari 100 juta tahun.
"Ini akan menjadi bencana ekologi besar-besaran," tulis media itu memuat sumber aktivis Uli Arta Siagian.
Nusantara di 2045 akan menampung 1,9 juta penduduk, mengimpor gelombang manusia dan industri ke wilayah tersebut. Ini dikhawatirkan mengganggu rumah bagi berlindungnya sejumlah satwa mulai dari monyet berhidung panjang, macan dahan, kera ekor babi, kelelawar hingga badak langka.
Tingkat deforestasi tertinggi di dunia, terkait dengan pertambangan, pertanian, dan penebangan. Namun, di sisi lain, disebut pula bagaimana pemerintah mengatakan ingin menyebarkan pembangunan ekonomi yang telah lama berpusat di Jawa ke pulau lainnya.
Sebenarnya, sorotan ke ibu kota baru tak hanya ini. Desember, Strait Times yang mengutip Bloomberg, juga menulis laporan "Ambitious Plans to Build Indonesia a Brand New Capital City Are Falling Apart".
Ini menggambarkan bagaimana rencana ambisius pemerintah untuk membangun ibu kota baru. Namun, disebut "berantakan".
Lebih dari tiga tahun setelah Nusantara pertama kali diumumkan, tidak ada satu pun pihak asing yang menandatangani kontrak mengikat untuk mendanai proyek tersebut. Baik didukung negara atau swasta.
"Sementara beberapa calon investor memang telah menandatangani letter of intent, tidak ada komitmen tegas untuk pengeluaran yang sebenarnya," Ungkapnya.
Sempat dikabarkan minat investasi mengalami kelebihan permintaan 25 kali. Namun tidak ada penjelasan apakah kontrak mengikat telah ditandatangani.
Beberapa pengamat lokal juga memberi tanggapan dalam artikel itu. Investor asing, menurut salah satu analis yang diwawancarai, sangat berhati-hati.
"Karena proyek ini masih dalam tahap awal," ujar seseorang dari firma penasehat bisnis strategis Global Counsel, Dedi Dinarto.
Penundaan proyek karena pandemi telah membuat calon pendukung proyek ragu-ragu untuk berkomitmen. Belum lagi, sebagian besar pekerjaan pembangunan awal berfokus pada tahap awal seperti jalan dan jembatan.
"Investor mungkin masih ragu tentang bagaimana mereka dapat memperoleh keuntungan dari berinvestasi pada infrastruktur dasar semacam itu, ucap Dinarto.( RZ/ WK )***
No comments:
Post a Comment