INDENPRES MEDIA ISTANA

Monday 15 January 2018

Perbedaan Soal Pemilihan Dalam Pilkada Bisa Berujung Retaknya Hubungan Rumah Tangga.

Sandi pers. Kontestasi pemilihan daerah di Jawa Tengah 2018 serentak telah dimulai. Baik itu untuk Pemilihan Calon Gubenur- Wakil Gubenur maupun Calon Wali Kota- Wakil Wali Kota. Sejumlah pasangan calon yang diusung partai politik maupun yang maju secara perorang telah mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum ( KPU).
Soal pemilihan, sebenarnya adalah soal selera. Namun, bagi kader partai, hal itu tentu ada konskuensi bila tak sejalan dengan instruksi partai.
Pastnya, hal itu membuat suhu politik di Jawa Tengah mulai memanas. Sejumlah politisi yang tak sejalan dengan garis kebijakan partai pun, sudah ada yang dipecat.
Hal itu tentu berbeda dengan pemilihan warga masyarakat biasa. Soal pelihan kepada para calon, tidak ada urusan dengan partai politik. Hanya saja, soal selera pilihan masyarakat justru bisa menjadi lebih rumit dari anggauta partai politik. Bagi mereka yang sudah  berkeluarga, bahkan perbedaan soal pilihan ini, bisa berujung pada retaknya hubungan rumah tangga.
Akankah hal itu juga terjadi pada Pilkada serentak di Jawa Tengah ? Kembali lagi , itu soal selera. Ibarat kita mau makan , kita tidak hanya sekedar melihat lauk apa yang tersaji, tetapi penyajian dan tampilannya kurang menarik. Itu akan membuat orang jadi tak minat makan. Sebaliknya, makanan yang biasa- biasa saja tetapi penyajiannya bagus, pasti akan menggugah selera makan.
Banyak faktor yang biasa mempengaruhi pilihan masyarakat terhadap calon. Mulai dari faktor money politics, adanya hubungan kekeluargaan terhadap calon, kesamaan organisasi, sebagai simpatisan partai politik, hingga idealisme. Bagi masyarakat , pilihan karena faktor terakhir itu mungkin masih jarang. Sebab, seringkali proses politik diwarnai transaksional. Slogan "  No Money Politics " pun tak mempan. Karena pada kenyataannya, praktik itu masih terjadi pada setiap pesta demokrasi.
Di sisi lain , sebagai penantang incumbent, pasangan Sudirman Said- Ida Fauziah, juga harus mampu membuat tagline yang lebih menarik bila ingin mendapat simpati warga Jateng. Tentu saja, itu masih baru sebatas tampilan luar. Agar lebih menarik lagi, maka kedua pasangan calon harus memperkuat lagi dengan program dan bukti yang bisa meluruhkan hati para pemilih. Lebih- lebih, Pilkada serentak ini sebagai " pemanasan " menuju pemilihan presiden ( Pilpres 2019 ).
Karena itu secara idealitas, selera pilihan masyarakat akan sangat bergantung pada bagaimana para calon mampu memberikan janji- janji menarik dan realistis. Seperti halnya tagline yang dulu pernah diusung Ganjar Pranowo- Heru Sudjatmoko, yakni " Mboten Korupsi lan Mboten Ngapusi". Bagi masyarakat Jateng ketika itu, tagline tersebut cukup realistis, sehingga sebagian besar warga menjatuhkan pilihan kepada mereka. Tapi apakah kemudian Ganjar Pranowo akan kembali mengusung tagline tersebut bersama Taj Yasin di Pilgub Jateng 2018 ini  ? Tentu ini sangat tergantung dengan dinamika yang berkembang apalagi Ganjar dikait- kaitkan dengan kasus e-KTP. (****).

No comments:

Post a Comment