Sandi Pers.Badan Pengawas Pemilu ( Bawaslu ) melarang Siti Atikoh Supriyanti, isteri Gubenur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, mendampingi suami kampanye Pilkada 2018. Larangan ini diberikan lantaran status Atikoh sebagai aparatur sipil negara ( ASN).
Siti Atikoh merupakan PNS di Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa ( Bapermasdes ) Provinsi Jawa Tengah.
Sebelumnya, Siti Atikoh ditegur Bawaslu karena mendampingi suami saat mendaftar KPU Jawa Tengah. Fajar menjelaskan sanksi sosial terhadap yang bersangkutan.
Menurut Fajar selaku Ketua Bawaslu Jawa Tengah mengatakan, memang belum ada aturan khusus terkait bakal calon kepala daerah yang isteri atau suaminya ASN boleh ikut serta dalam berbagai hal yang berkaitan dengan Pilkada. Oleh karena itu aturan yang berlaku yakni peraturan tentang ASN sebagai mana umumnya.
Selanjutnya, kata Fajar, jika Siti Atikoh tetap melakukan pelanggaran yang sama seusai Ganjar Pranowo yang berpasangan Taj Yasin sudah ditetapkan secara resmi sebagai calon gubenur, sanksi akan diberikan. Bentuk sanksi bakal mengacu pada Undang- Undang ASN yang berlaku saat ini.
Menurutnya ASN harus bersikap secara cermat dan tepat agar tak tersandung persoalan. Utamanya bagi para ASN yang menjadi pemimpin harus waspada, baik untuk menjaga diri sendiri, maupun mengingatkan stafnya untuk tetap netral.
Fajar menambahkan, sosialisasi netralitas ASN memang harus terus dilakukan. Karena, meski sering dibahas, bahkan hapal aturan mainnya, pelanggaran selalu saja ada.
Selain itu, Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, dan Surat Edaran Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No B/71/M.SM.00.00/2017 tertanggal 27 Desember 2017 tentang Pelaksanaan Netralitas Bagi ASN.
Peraturan tentang kewajiban ASN menjaga netralitas sudah lengkap. Diantaranya, terdapat Undang- Undang ( UU)Nomor 5 tahun 2014 tentang ASN. UU nomor 10 tahun 2016 tentang Pemilihan Gubenur, Bupati, dan Walikota.
Gubenur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang kini menjadi kandidat bakal calon gubenur, juga menegaskan bahwa ASN di Jateng harus profesional. Tidak ada like dan dislike, sehingga tidak memunculkan bibit-bibit konflik , tidak perlu galau, yang penting ikuti aturan main. (****).
Sunday, 21 January 2018
Bisakah Polisi Membongkar Kasus Pembunuhan Anggauta Polisi Lalu Lintas.
Sandi Pers. Seorang polisi lalu lintas Polsek KPPP Tanjung Emas Semarang. Aiptu Samsul Huda umur 49 tahun, ditemukan dengan banyak luka di jalan Arteri Yos Soedarso arah Bandara ( Kalibanteng ) depan Hotel Puri Garden dan tempat Sabtu lalu (20/1) dini hari pada jam 00.14 WIB.
Atas kematian anggauta Unit Lantas Polsek Kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Polrestabes Semarang masih menjadi teka-teki di jajaran Kepolisian. Apa motif pelaku pembunuhan ?
Kematian Aiptu Samsul Huda bukan karena pembegalan. Hal tersebut berdasar utuhnya barang berharga korban, salah satunya sepeda motor merk Yamaha Mio dengan no polisi K 6335 RS.
Kasubdit 3 Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum ( Ditreskrimum) Polda Jawa Tengah, AKBP Nanang Haryono berujar jajarannya mendapat perintah dari Kapolri untuk mengungkap kasus tersebut.
Nanang masih merahasiakan proses permulaan penyelidikan. Yang pasti, pihaknya sudah mendapat data- data terkait kematian Aiptu Samsul Huda. Dan juga berharap kasus tersebut tak berkaitan dengan aksi teror.
Dikatakan pula oleh Nanang menyanggah sejumlah informasi terkait hasil pengungkapan pembunuhan Aiptu Samsul, yang beredar di media sosial. Salah satunya dugaan keterlibatan sopir sebuah taksi daring atau online. Informasi itu sudah beredar di kalangan kepolisian.
Terpisah Kabag Humas Polrestabes Semarang , Kompol Suwarna mengatakan pihaknya belum mendapat kabar terkait penangkapan pelaku pembunuhan Aiptu Samsul.
Kapolsek Kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, Kompol Bagus Prasetyo berujar kehilangan sosok anggauta berdisiplin tinggi.
Bagus mengatakan sosok Samsul seorang yang pendiam. Almarhum rajin beribadah semasa bertugas di Polsek Kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
Sejumlah polisi mengibarkan bendera merah putih setengah tiang di Halaman Mapolrestabes Semarang.
Pengibaran bendera itu menandakan jajaran Polrestabes Semarang sedang dalam masa berkabung. ( ****).
Atas kematian anggauta Unit Lantas Polsek Kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Polrestabes Semarang masih menjadi teka-teki di jajaran Kepolisian. Apa motif pelaku pembunuhan ?
Kematian Aiptu Samsul Huda bukan karena pembegalan. Hal tersebut berdasar utuhnya barang berharga korban, salah satunya sepeda motor merk Yamaha Mio dengan no polisi K 6335 RS.
Kasubdit 3 Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum ( Ditreskrimum) Polda Jawa Tengah, AKBP Nanang Haryono berujar jajarannya mendapat perintah dari Kapolri untuk mengungkap kasus tersebut.
Nanang masih merahasiakan proses permulaan penyelidikan. Yang pasti, pihaknya sudah mendapat data- data terkait kematian Aiptu Samsul Huda. Dan juga berharap kasus tersebut tak berkaitan dengan aksi teror.
Dikatakan pula oleh Nanang menyanggah sejumlah informasi terkait hasil pengungkapan pembunuhan Aiptu Samsul, yang beredar di media sosial. Salah satunya dugaan keterlibatan sopir sebuah taksi daring atau online. Informasi itu sudah beredar di kalangan kepolisian.
Terpisah Kabag Humas Polrestabes Semarang , Kompol Suwarna mengatakan pihaknya belum mendapat kabar terkait penangkapan pelaku pembunuhan Aiptu Samsul.
Kapolsek Kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, Kompol Bagus Prasetyo berujar kehilangan sosok anggauta berdisiplin tinggi.
Bagus mengatakan sosok Samsul seorang yang pendiam. Almarhum rajin beribadah semasa bertugas di Polsek Kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
Sejumlah polisi mengibarkan bendera merah putih setengah tiang di Halaman Mapolrestabes Semarang.
Pengibaran bendera itu menandakan jajaran Polrestabes Semarang sedang dalam masa berkabung. ( ****).
Monday, 15 January 2018
Perbedaan Soal Pemilihan Dalam Pilkada Bisa Berujung Retaknya Hubungan Rumah Tangga.
Sandi pers. Kontestasi pemilihan daerah di Jawa Tengah 2018 serentak telah dimulai. Baik itu untuk Pemilihan Calon Gubenur- Wakil Gubenur maupun Calon Wali Kota- Wakil Wali Kota. Sejumlah pasangan calon yang diusung partai politik maupun yang maju secara perorang telah mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum ( KPU).
Soal pemilihan, sebenarnya adalah soal selera. Namun, bagi kader partai, hal itu tentu ada konskuensi bila tak sejalan dengan instruksi partai.
Pastnya, hal itu membuat suhu politik di Jawa Tengah mulai memanas. Sejumlah politisi yang tak sejalan dengan garis kebijakan partai pun, sudah ada yang dipecat.
Hal itu tentu berbeda dengan pemilihan warga masyarakat biasa. Soal pelihan kepada para calon, tidak ada urusan dengan partai politik. Hanya saja, soal selera pilihan masyarakat justru bisa menjadi lebih rumit dari anggauta partai politik. Bagi mereka yang sudah berkeluarga, bahkan perbedaan soal pilihan ini, bisa berujung pada retaknya hubungan rumah tangga.
Akankah hal itu juga terjadi pada Pilkada serentak di Jawa Tengah ? Kembali lagi , itu soal selera. Ibarat kita mau makan , kita tidak hanya sekedar melihat lauk apa yang tersaji, tetapi penyajian dan tampilannya kurang menarik. Itu akan membuat orang jadi tak minat makan. Sebaliknya, makanan yang biasa- biasa saja tetapi penyajiannya bagus, pasti akan menggugah selera makan.
Banyak faktor yang biasa mempengaruhi pilihan masyarakat terhadap calon. Mulai dari faktor money politics, adanya hubungan kekeluargaan terhadap calon, kesamaan organisasi, sebagai simpatisan partai politik, hingga idealisme. Bagi masyarakat , pilihan karena faktor terakhir itu mungkin masih jarang. Sebab, seringkali proses politik diwarnai transaksional. Slogan " No Money Politics " pun tak mempan. Karena pada kenyataannya, praktik itu masih terjadi pada setiap pesta demokrasi.
Di sisi lain , sebagai penantang incumbent, pasangan Sudirman Said- Ida Fauziah, juga harus mampu membuat tagline yang lebih menarik bila ingin mendapat simpati warga Jateng. Tentu saja, itu masih baru sebatas tampilan luar. Agar lebih menarik lagi, maka kedua pasangan calon harus memperkuat lagi dengan program dan bukti yang bisa meluruhkan hati para pemilih. Lebih- lebih, Pilkada serentak ini sebagai " pemanasan " menuju pemilihan presiden ( Pilpres 2019 ).
Karena itu secara idealitas, selera pilihan masyarakat akan sangat bergantung pada bagaimana para calon mampu memberikan janji- janji menarik dan realistis. Seperti halnya tagline yang dulu pernah diusung Ganjar Pranowo- Heru Sudjatmoko, yakni " Mboten Korupsi lan Mboten Ngapusi". Bagi masyarakat Jateng ketika itu, tagline tersebut cukup realistis, sehingga sebagian besar warga menjatuhkan pilihan kepada mereka. Tapi apakah kemudian Ganjar Pranowo akan kembali mengusung tagline tersebut bersama Taj Yasin di Pilgub Jateng 2018 ini ? Tentu ini sangat tergantung dengan dinamika yang berkembang apalagi Ganjar dikait- kaitkan dengan kasus e-KTP. (****).
Soal pemilihan, sebenarnya adalah soal selera. Namun, bagi kader partai, hal itu tentu ada konskuensi bila tak sejalan dengan instruksi partai.
Pastnya, hal itu membuat suhu politik di Jawa Tengah mulai memanas. Sejumlah politisi yang tak sejalan dengan garis kebijakan partai pun, sudah ada yang dipecat.
Hal itu tentu berbeda dengan pemilihan warga masyarakat biasa. Soal pelihan kepada para calon, tidak ada urusan dengan partai politik. Hanya saja, soal selera pilihan masyarakat justru bisa menjadi lebih rumit dari anggauta partai politik. Bagi mereka yang sudah berkeluarga, bahkan perbedaan soal pilihan ini, bisa berujung pada retaknya hubungan rumah tangga.
Akankah hal itu juga terjadi pada Pilkada serentak di Jawa Tengah ? Kembali lagi , itu soal selera. Ibarat kita mau makan , kita tidak hanya sekedar melihat lauk apa yang tersaji, tetapi penyajian dan tampilannya kurang menarik. Itu akan membuat orang jadi tak minat makan. Sebaliknya, makanan yang biasa- biasa saja tetapi penyajiannya bagus, pasti akan menggugah selera makan.
Banyak faktor yang biasa mempengaruhi pilihan masyarakat terhadap calon. Mulai dari faktor money politics, adanya hubungan kekeluargaan terhadap calon, kesamaan organisasi, sebagai simpatisan partai politik, hingga idealisme. Bagi masyarakat , pilihan karena faktor terakhir itu mungkin masih jarang. Sebab, seringkali proses politik diwarnai transaksional. Slogan " No Money Politics " pun tak mempan. Karena pada kenyataannya, praktik itu masih terjadi pada setiap pesta demokrasi.
Di sisi lain , sebagai penantang incumbent, pasangan Sudirman Said- Ida Fauziah, juga harus mampu membuat tagline yang lebih menarik bila ingin mendapat simpati warga Jateng. Tentu saja, itu masih baru sebatas tampilan luar. Agar lebih menarik lagi, maka kedua pasangan calon harus memperkuat lagi dengan program dan bukti yang bisa meluruhkan hati para pemilih. Lebih- lebih, Pilkada serentak ini sebagai " pemanasan " menuju pemilihan presiden ( Pilpres 2019 ).
Karena itu secara idealitas, selera pilihan masyarakat akan sangat bergantung pada bagaimana para calon mampu memberikan janji- janji menarik dan realistis. Seperti halnya tagline yang dulu pernah diusung Ganjar Pranowo- Heru Sudjatmoko, yakni " Mboten Korupsi lan Mboten Ngapusi". Bagi masyarakat Jateng ketika itu, tagline tersebut cukup realistis, sehingga sebagian besar warga menjatuhkan pilihan kepada mereka. Tapi apakah kemudian Ganjar Pranowo akan kembali mengusung tagline tersebut bersama Taj Yasin di Pilgub Jateng 2018 ini ? Tentu ini sangat tergantung dengan dinamika yang berkembang apalagi Ganjar dikait- kaitkan dengan kasus e-KTP. (****).
Subscribe to:
Posts (Atom)