Elpiji bersubsidi ukuran 3 Kg sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat, khususnya kelas bawah, selain sejumlah jenis bahan makanan. Tetapi, masyarakat di Semarang dan sekitarnya kini justru dipusingkan saat mencarinya.
Masyarakat kelas bawah memang mengandalkan elpiji melon untuk meamasak, mengingat selisih harganya yang cukup tinggi dengan elpiji ukuran 12 Kg dan Bright Gas ukuran 5,5 Kg.
Dalam beberapa waktu terakhir, keberadaan komoditas itu terus menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Bagaimana tidak, tanpa itu mereka tidak bisa memasak, setelah jauh meninggalkan minyak tanah dan kayu bakar.
Sejumlah pihak terkait sudah mencoba mencari penyebabnya. Bahkan, kemungkinan adanya penimbunan pun sudah ditelusuri. Tetapi, penyebab pasti kelangkaan belum bisa dipastikan.
Untuk mengantisipasi penimbunan, Polsek Semarang Timur juga melakukan giat pengawasan ke sejumlah agen di wilayahnya.
Wakil Ketua II Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas ( Hiswana Gas ) Jawa Tengah, Triyanto Cahyo Legowo enggan menebak- nebak ada oknum tertentu yang ' bermain ' dalam kasus sulitnya mendapatkan elpiji 3 Kg di kota Semarang.
Kapolsek Semarang Timur, Iptu Pol Agil Widyasampurna berujar, sidak itu untuk mengantisipasi terjadinya penimbunan.
Meski demikian, distribusi komoditas bersubsidi itu justru menjadi sorotan. Ngargono, Ketua Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen ( LP2K ) Semarang, menyebut kelangkaan terjadi karena distribusi elpiji bersubsidi itu salah sasaran.
Pemerintah sudah mewacanakan distribusi tertutup komoditas itu, sekaligus sebagai langkah mencegah kebocoran subsidi, yaitu melalui mekanisme kartu. Tetapi, apakah diyakini cara itu tak menimbulkan masalah lain?
Selama ini, mekanisme distribusi elpiji 3 Kg dilakukan secara terbuka, sehingga siapapun bisa membeli. Permintaan yang terus tinggi, termasuk masyarakat kelas menengah, membuat Pertamina kewalahan.
Jangan- jangan, yang terjadi saat ini hanya akal- akalan pihak- pihak tertentu, dengan tujuan dan alasan tertentu pula. Ahh sudahlah tak ingin berandai- andai.
Tampaknya hal itu menjadi pekerjaan rumah ( PR ) serius bagi pemerintah, mengingat hingga kini penentuan status sosial masyarakat oleh pemerintah pun cenderung belum tuntas.
PT Pertamina Marketing Operation Region ( MOR ) IV Jateng - DIY pun telah melakukan operasi pasar di sejumlah wilayah terkait dengan hal itu. Seperti kemarin di tiga titik, yaitu di beberapa daerah Salatiga dengan total tabung 1.680 tabung. (****).
No comments:
Post a Comment