INDENPRES MEDIA ISTANA

Tuesday 18 November 2014

ORGANDA MELAKUKAN MOGOK PROTES BBM NAIK.

Indonesia terhenyak pada keputusan Presiden Joko Widodo yang menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, per pukul 00.00, Selasa ( 18/11). Rakyat memang bengkong saat menyaksikan Joko Widodo tampil di televesi dan mengumumkan harga baru bensin subsidi menjadi Rp 8.500,- dan solar subsidi menjadi Rp 7.500,-. Wal hasil, sebelum kenaikan pun warga masyarakat masih terlihat tenang. Tidak ada antrean panjang di stasiun pengisian bahan bakar umum ( SPBU ), atau teriakan penolakan secara massif dari sejumlah elemen bangsa. Beberapa jam sebelumnya, rakyat Indonesia masih percaya bahwa harga BBM bersubsidi baru akan naik beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian. Maklum, beberapa hari sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla masih menggeber informasi soal scenario kenaikan dan tida ada tanda-tanda harga bensin dan solar akan dinaikkan. Baru setelah harga BBM bersubsidi benar-benar naik, dan kekagetan rakyat terhenti, mereka mulai bereaksi. Ada yang mengecam melalui berbagai aksi demonstrasi, ada yang rajin membuat status “ Salam Gigit Jari “ di media social, dan ancaman melakukan aksi mogok nasional dari organisasi angkutan daear ( Organda ) Upaya yang dilakukan banyak pihak itu, termasuk yang hendak dijalankan Organda pada hari ini Rabu, dimaksudkan agar pemerintah membantalkan harga. Mereka meminta presiden tetap memberlakukan harga sebelumnya, yakni bensin Rp 6.500 dan solar Rp 5.500 Mogok masal sekitar 200 ribu pekerja pembangunan rel Kereta Api ( KA ) gagal menekan pengusaha.. Saat itu, perusahaan Union Pacific dan Missouri Pacific Railroad tetap bisa melakukan pembangunan rel, mempekerjakan buruh di luar serikat pekerja yang beraksi. Sebagaimana imbauan Ketua Organda pusat, setelah harga BBM naik dan mengacu hasil Mukernas DPP, mogok jalan angkutan umum akan dilakukan pada hari ini Rabu (19/11). Efektifkan tekanan yang dilakukan Organda ? Dalam sejarah, hanya sangat sedikit aksi mogok kerja ( termasuk mogok jalan angkutan umum ) yang sukses menjadi alat penekan. Mogok massal sejumlah pekerja transportasi di era modern, juga sering terjadi. Di antaranya, Pemogokan pilot Lufthansa pada bulan Oktober 2014 sebelumnya telah beberapa kali mogok yang berdampak pada pembatalan sekitar 1.500 penerbangan dan membuat sekitar 200 ribu penumpang telantar. Lalu bagaimana bila sopir angkutan umum benar-benar mogok hari ini Rabu ( 19/11) ? Tentu banyak pihak akan mengalami kerugian ekonomi, termasuk pengusaha angkutan. Di saat bersamaan, pemerintah bisa saja mengantisipasi telantarnya penumpang dengan mengerahkan sejumlah armada milik TNI, POLRI, Pemda, kampus dan sebagainya. Meski begitu, dampak politik yang menjadi target pemogokan, belum tentu akan tercapai. Sebab, bisa saja Jokowi-Kalla akan cuek pada fakta ini dan tetap pada pendiriannya untuk memberlakukan harga baru BBM bersubsidi. Bila demikian adanya, efektifkan mogok yang akan ditempuh sopir angkutan umum untuk menolak kenaikan harga BBM bersubsidi ? .(*****)

No comments:

Post a Comment